Rabu, 31 Oktober 2007

manager andal

Semua orang tahu nasib guru. Orang yang telah berjasa mencetak menteri, presiden, miliarder dan jutaan orang pintar ini, nasibnya tidak sebagus namanya. Penghasilan pas-pasan, banyak utang, hidup sederhana dan segudang predikat hidup miris lainnya, sering dialamatkan kepada guru.

Saya ingat saat masih kecil dulu. Saat itu ibuku menjadi kepala sekolah SD. Semua guru di sekolahnya selalu mengambil uang gaji di rumahku saat tanggal muda. Saat itu, ibuku sering dengan sengaja menunjukkan daftar gaji guru sekolahnya kepadaku. Ada beberapa guru yang saat gajian justru harus membayar sejumlah uang, karena punya utang di sekolah. Saat itu saya jadi bertanya-tanya, bagaimana mereka menghidupi keluarganya kalau saat gajian tiba mereka harus membayar utang?

marah

Ini adalah zaman frustasi. Banyak orang marah karena kecewa, karena diperlakukan tidak adil, karena tidak bisa mencapai keinginannya, atau bahkan marah tanpa sebab. Banyak pula orang yang dimarahi tanpa sebab, atau hanya karena masalah sepele. Lalu, kenapa orang menjadi mudah marah?

Aa Gym pernah bilang, orang pemarah itu tanda tidak punya ilmu. Karena tak punya ilmu, maka tak bisa menyelesaikan masalahnya dengan baik. Akibatnya, orang menjadi mudah patah arang, orang menjadi mudah kecewa dan pelampiasannya adalah marah. Kata Gym, dengan ilmu, orang bisa menyelesaikan masalah apa saja. Dengan ilmu, orang bisa melepaskan uneg-uneg atau stressnya secara lebih baik. Sehingga, tak perlu dongkol, tak perlu marah.