Jumat, 30 November 2007

Difitnah

Kebanyakan orang, termasuk saya, difitnah tentu saja sangat menjengkelkan, menyebalkan, dan pasti membuat marah. Namanya juga difitnah, tentu saja apa yang dituduhkan tidak pernah kita lakukan, atau setidaknya tidak benar. Dan untungnya, kita tidak melakukan apa yang dituduhkan itu.

Hanya sebagian kecil saja orang yang tetap tenang ketika fitnah sedang mampir di kehidupan kita. Ada beberapa alasan, karena cuek, karena tidak bisa atau tidak mampu berbuat apa-apa, atau karena sudah bisa mengendalikan diri.

Alasan yang pertama, orang bisa saja cuek kalau kadar fitnah itu terbilang kecil atau hanya sedikit saja orang yang tahu. Untuk alasan yang kedua, kadar fitnah sudah agak berat sehingga kita tidak mampu berbuat apa-apa lagi. Untuk alasan yang ketiga, terjadi pada orang-orang yang sudah sering melangkah ke arah perenungan tentang diri dan kehidupan.

Rabu, 28 November 2007

Om Jhon

Namanya Zaelani. Tubuhnya tinggi besar. Kulitnya hitam berewokan. Sekilas, dia mirip dengan Surya Paloh, tapi dia tidak tambun. Terakhir ketemu, saat dia sedang ngurus skripsi. Setelah dia lulus, tidak ada kabar beritanya lagi. Sempat beredar kabar dia menjadi sopir bus malam jurusan Surabaya-Jakarta.

Bertemu pertama kali dengannya, saat sedang opspek. Panggilannya saat itu adalah Je. Saat itu dia jadi Ketua Senat Mahasiswa UGM, yang kemudian langsung membubarkan dan menggantinya menjadi Dewan Mahasiswa (Dema). Saat itu, tidak ada yang istimewa darinya selain kewibawaannya dalam bergaul dengan teman-temannya. Satu lagi kesan saya tentangnya adalah rambutnya yang panjang se punggung, yang membuatnya mirip dengan orang Indian.

Saya agak terkejut saat bertemu dengannya beberapa bulan lalu. Bukan karena rambutnya yang sudah cepak, tapi lebih karena tempatnya yang tidak disangka-sangka. Awalnya dia datang ke kantor saya, tapi hanya ditemui security. Baru pada malamnya dia telepon saya. Saat ketemu, penampilannya biasa saja, bahkan security mengira dia tukang renovasi rumah saya di Banjarbaru, Kalsel.

Senin, 26 November 2007

Gerbang terakhir

GERBANG TERAKHIR - Tiga orang pekerja mengecat Taman Cahaya Bumi Selamat (CBS) Martapura, Kalsel. Gerbang ini merupakan simbol kebesaran warga Martapura, terletak di Pasar Intan Martapura Kalsel, 29 Agustus 2007.

Dipublikasikan Banjarmasin Post, 30 Agustus 2007

(foto: sigit rahmawan abadi)

Minggu, 25 November 2007

Enaknya jadi pengangguran

Pernahkah anda membayangkan punya banyak uang tapi tanpa harus bekerja? Atau hidup kaya raya tanpa harus pusing mikir pekerjaan? Mungkin, kalau jaman dulu, hal seperti ini mustahil terjadi. Atau kalaupun terjadi, hanya pada anak-anak orang kaya, atau pada orang yang punya banyak warisan saja.

Tapi pada saat ini, di saat ilmu marketing, ilmu ekonomi, atau ilmu tentang keuangan telah berkembang pesat, hal itu tidak mustahil terjadi. Bahkan sudah banyak orang yang mengalami hal seperti ini. Pengangguran, tapi kaya raya. Tiap hari keluyuran dan membeli apa saja yang diinginkan, tapi tidak pernah habis uangnya.

Sebagian besar orang, pastilah menginginkan hal seperti ini. Kaya, tapi tanpa bekerja. Hanya orang-orang sok idealis saja yang tidak ingin hal seperti ini. (Mungkin) alasannya, mereka menghargai proses, bukan hasil. Tapi jangan salah, orang-orang superkaya saat ini bukannya tanpa berproses. Sebelum menjadi superkaya, mereka juga banting tulang, sama seperti kita. Hanya, nasib kita saja yang beda... (atau setidaknya belum lah...)

Robert Kiyosaki menyebut orang-orang ini sebagai orang yang telah bebas finansial. Orang yang berada di kuadran empat. Dimana orang tidak perlu lagi kerja keras mencari uang. Dengan sejumlah trik, uanglah yang bekerja, bukan sebaliknya, orang diperbudak uang. Kata Kiyosaki, ini bukan sulap, juga bukan sihir. Semua orang bisa seperti ini, asalkan tahu caranya.

Lalu, bisakah kita menjadi orang-orang seperti ini. Superkaya, punya rumah mewah, punya kapal pesiar, punya tabungan jutaan dollar, atau bahkan punya pulau pribadi?

Jawabannya: Tidak ada yang tidak mungkin terjadi di dunia ini. Kalau orang lain bisa, kenapa kita tidak? Untuk diketahui, alam semesta sudah menyediakan semua miliknya untuk semua makhluk di dalamnya. Lalu, kenapa saya atau anda belum bisa seperti itu? Jawabannya, tinggal tunggu waktu saja. Yakinlah suatu saat kelak, kita juga bisa menjadi SUPERKAYA.

Kalau kita mau jernih melihat, kekayaan yang paling banyak dimiliki oleh seseorang, ternyata hanya setitik dari kekayaan yang disediakan alam semesta ini. Dan itu, bisa kita miliki bila kita mau.

Coba kita renungkan, air dan udara yang ada di alam semesta ini masih sangat berlimpah ruah, tapi sebagian besar orang hanya bisa menghambur-hamburkannya saja. Hanya sedikit saja orang yang bisa mengubah udara dan air itu menjadi uang.

Tukang balon yang sering nongkrong di TK atau SD, bisa mengubah udara menjadi uang, hanya dengan menjual balon gasnya. Tukang tambal ban bisa menjual udara seharga Rp 500 - Rp 1000 hanya dengan mengisi satu ban sepeda motor melalui kompresornya. Tukang tabung oksigen bisa mengubah udara menjadi sesuatu yang sangat berhagra bagi orang-orang yang terkena penyakit kanker. Di rumah sakit kanker, satu tabung oksigen dijual cukup mahal.

Belum lagi perusahaan air minum Aqua, Club, Fit atau perusahaan air dalam kemasan lainnya, bisa menjual satu setengah liter air seharga Rp 2.000 atau lebih. Padahal, satu liter bensin dijual Rp 4.500, atau Rp 5000 di tingkat eceran. Logikanya, air bersih cukup berlimpah ruah di negeri ini, tapi kenapa dijual lebih mahal dari bensin? Hanya orang-orang kreatif saja yang bisa berbuat seperti ini.

Dalam psiko sibernetik, hal seperti ini bisa dicapai hanya dengan membayangkan saja. YA, MEMBAYANGKAN SAJA. Tiap menit, tiap hari, tiap waktu, kalau kita BERANI membayangkan bahwa diri kita telah berhasil mencapai keinginan kita, suatu saat kelak, keinginan kita bakal tercapai. Secara sungguh-sungguh. Entah bagaimana caranya, tiba-tiba saja keinginan itu sudah muncul di depan kita. JREEENNGGGGG.

Tanpa berniat mengajak anda untuk menjadi pemalas, saya tetap yakin bahwa suatu saat, kalau kita sungguh-sungguh meyakini, semua keinginan kita bakal tercapai. Saya sering mengalami hal seperti ini.

Pada saat masih kuliah, saya seperti teman-teman biasa yang lain. Suka nongkrong, suka AO, suka main kartu hingga berhari-hari, dan kegemaran bodoh lainnya. Tapi alhamdulillah, bisa lulus kuliah dengan waktu yang tak terlalu lama, dengan IPK di atas 3. Begitu lulus, langsung dapat kerja.

Ada satu hal menarik dari pengalaman saya mengamalkan psiko sibernetik ini. Saat sedang makan di belakang kost, saya membaca sebuah lowongan kerja di Harian Bernas Yogyakarta (yang pada akhirnya menjadi almamater saya). Ringkas cerita, saya membuat lamaran kerja. Saat itu, saya menulis sebuah tulisan: SAYA WARTAWAN BERNAS Yogyakarta, di sebuah kertas kecil dan saya masukkan ke dalam dompet. Hampir tiap waktu, tulisan itu saya baca, dan saya membayangkan sudah menjadi wartawan Bernas saat itu.

Tiga kali tes saya ikuti dengan lancar, dan akhirnya tibalah hari pengumumuan. Sebelum melihat pengumuman di kaca ruang satpam, saya tunjukkan tulisan di dalam dompet saya kepada teman saya. Saat itu, saya ditertawakan, karena pengumuman baru akan ditempel satu jam lagi. Tapi saya optimis akan diterima. Dan akhirnya, nama saya benar-benar ada di pengumuman itu bersama empat teman lainnya. Anehnya lagi, meski lowongan pekerjaan menyatakan: DIBUTUHKAN LIMA WARTAWAN BERNAS UNTUK DAERAH LUAR YOGYAKARTA, ternyata saya satu-satunya wartawan yang tidak dikirim ke luar Yogyakarta.

Pengalaman unik juga saya alami saat ikut UMPTN. Meski skor nilai UMPTN saya sangat rendah, tapi karena sangat yakin bisa diterima, ternyata dewi fortuna memang betul-betul mendekati saya. Padahal saat itu, tentor saya di sebuah lembaga bimbingan belajar langsung menyarankan saya mencari perguruan tinggi swasta saat mengetahui skor saya yang tidak memungkinkan bersaing di UGM. Saat vonis tentor saya terucap, saat itu pula saya menulis di sebuah kertas kecil: SAYA MAHASISWA UGM. Dan akhirnya memang betul-betul terbukti.

Banyak sekali hal-hal unik atau aneh terjadi dalam kehidupan kita. Kita tidak bisa menolak bila kejadian-kejadian itu pada akhirnya menimpa kita, teman atau saudara-saudara kita. Dan jangan buru-buru berburuk prasangka, atau memvonis itu sebagai sebuah takdir buta. Semua hal itu bisa kita alami atau kita minta dari Sang Maha Hidup. Bukankah Tuhan Maha Pemurah, Maha Pemberi dan Maha Kuasa atas segala-galanya.

Jadi, kalau boleh meminta menjadi orang SUPERKAYA, kenapa hanya meminta pekerjaan dengan penghasilan Rp 1 hingga Rp 2 juta perbulan!

salam,

Kompleks Buncit, Banjarmasin
Minggu, 25 November 2007

Sabtu, 24 November 2007

berhenti mengejar

Ketika masih kecil, saya sering sekali mengamati kehidupan petani. Kala itu, karena hidup di desa, tentu saja tidak ada yang istimewa dengan kehidupan yang begitu dekat dengan alam itu. Mereka biasa pergi ke sawah habis sholat subuh, istirahat kerja menjelang sholat dhuhur dan mulai kerja lagi hingga habis ashar. Setelah lama meninggalkan kehidupan damai ala perdesaan ini, rasa kangen sering menghampiri.

Jumat, 23 November 2007

Macet

PASAR TERAPUNG - Pasar terapung Lok Baintan Martapura Kalsel masih eksis hingga kini, bahkan menarik perhatian dunia. Sayangnya, keberadaannya terus gerus oleh perubahan zaman.
Kebudayaan darat telah mencampakkannya hingga ke pinggiran peradaban. Celakanya, masyarakat belum sepenuhnya siap menghadapi budaya darat. Akibatnya, kemacetan dan kecelakaan di jalan menjadi pemandangan yang memilukan di Kalsel.
foto: sigit rahmawan abadi, Oktober 2007

Macet

Seorang lelaki berperut buncit tampak marah-marah. Klakson mobilnya, toyota fortuner, dipencetnya berkali-kali. Tak urung, kejadian itu membuat suasana Jalan Ahmad Yani Banjarmasin yang sudah macet menjadi tambah berisik. Udara panas lengkap dengan debu beterbangan, memambah siang yang sudah panas itu menjadi semakin sumpek dan mengesalkan.

Kamis, 22 November 2007

Jangan takut bermimpi

Jika disuruh memilih, pasti semua orang memilih menjadi orang kaya. Ketika kita bertanya kepada orangtua, guru atau kebanyakan orang, jawaban mereka: salah satu kunci menjadi kaya raya adalah bekerja keras.
Tidak ada yang menyangkal kalau kuli bangunan, tukang becak, petani, buruh bangunan, adalah para pekerja berat, pekerja keras. Tapi kenyataannya, jutaan orang dari kalangan ini masih saja hidup miskin. Jumlah mereka pasti jauh lebih banyak dari orang kaya.

Lalu, dimana letak kesalahannya? Kenapa banyak orang sudah bekerja keras tapi masih tetap miskin, justru sebaliknya banyak orang malas tapi kaya raya. Ah.. mungkin karena sudah nasibnya, atau karena warisan.

MS Kaban

TANAM POHON - Menteri Kehutanan MS Kaban menanam pohon mahoni di halaman Pondok Pesantren Darussalam Martapura Kalsel, 23 September 2007.

"Nah, gitu dong bos. Pemanasan global tidak akan bisa diatasi hanya dengan omong doang. Tanam satu pohon jauh lebih baik dari pada ngomong soal ancaman pemanasan global di seribu kota"

Dipublikasikan Banjarmasin Post, 24 September 2007.
(foto: sigit rahmawan abadi)

Selasa, 20 November 2007

mencari kedamaian

Positif thinking adalah sebuah "ideologi" baru yang kini mulai banyak dikampanyekan masyarakat. Dengan kesadaran penuh untuk mengubah dunia menjadi lebih baik, kini semakin banyak kalangan yang mengajak orang lain untuk selalu berbuat baik dan berpikiran positif.

AA Gym, Ustadz Mansyur, Ary Ginanjar, Gede Prama, adalah orang-orang yang mencoba mengampanyekan ideologi positif thinking ini. Al Gore dan tokoh-tokoh lingkungan serta pemanasan global, juga merupakan orang-orang yang mengajak orang lain untuk save the world.

Minggu, 18 November 2007

nIkmatnya memberi

Di jaman yang serba egois, serba individualistis saat ini, berbagi dengan sesama merupakan hal yang teramat langka. Jangankan untuk memberi, untuk makan diri sendiri saja susah. Itu kira-kira alasan sebagian besar orang kenapa tidak mau berbagi kepada sesama.

Kehidupan yang serba susah saat ini ternyata telah membentuk sebuah budaya yang tertutup, intoleransi dan tidak mau peduli terhadap orang lain. Orang kini hanya mau menerima saja dan jarang mau memberi. Bahkan, kini banyak orang memiskinkan diri agar bisa mendapat jatah pembagian sembako atau jatah gratisan lainnya.

Untuk itu, kita patut bersyukur karena ada ustadz Mansyur yang telah menggelorakan gerakan memberi melalui Yayasan Wisata Hati miliknya. Dengan perjuangan keras dan segenap cara cara kreatif, yayasan ini mengajak orang untuk berbagi kepada sesama. Simbol-simbol agama yang dipakai sebagai jargon ternyata mampu mengetuk hati jutaan warga untuk berbagi.

Jeli

Tuhan memang maha adil. Siapapun mahluk hidup, pasti diberi rejeki. Tinggal bagaimana kita mencari dan mengais rejeki yang telah disediakan oleh alam kepada makhluk. Jadi sungguh lucu kalau orang bilang Tuhan tidak adil hanya gara-gara melihat orang lain yang lebih kaya dari diri kita.

Tapi wajar, manusia dilengkapi dengan akal dan pikiran. Dengan akal dan pikirannya itu, manusia bisa membedakan sesuatu dengan yang lainnya. Dengan pikirannya itu pula, manusia juga mempunyai keinginan dan pilihan. Tapi terkadang, keinginan manusia itu membutakan. Keinginan manusia itu lah yang konon membuat terjadinya kejahatan di dunia ini. Tidak punya uang untuk beli sesuatu, seseorang harus rela mencuri atau merampok.

pembunuh jiwa

Perkembangan teknologi benar-benar di luar dugaan manusia. Dulu, awalnya teknologi dibuat manusia untuk membantu mempermudah pekerjaan manusia. Teknologi untuk mempercepat transportasi dan komunikasi manusia. Tapi kini, teknologi telah berkembang pesat melampaui kemampuan fisik dan daya pikir manusia itu sendiri.

Tidak hanya dalam berhitung dan berpikir saja manusia kalah dibandingkan teknologi semacam computer dan mesin pabrik. Kini, teknologi telah menguasai manusia, bahkan telah berani mengatur manusia sebagai penciptanya. Komputer tidak akan mau melakukan pekerjaannya kalau seorang pemakainya tidak mau menjalankan aturan yang ada di komputer.

Kamis, 15 November 2007

pensiun dini

Kini, banyak sekali pejabat dan mantan pejabat yang harus berurusan dengan polisi. Hal ini, telah memunculkan penyakit baru, sebuah syndrome. Syndrome kekuasaan. Post power sindrome ini bahkan telah menjadi penyakit mematikan yang menghantui setiap pejabat saat ini. Bukan karena apa-apa, kebanyakan aparat kepolisian saat ini memang hanya berani menciduk mantan pejabat saja, seperti mantan bupati, mantan anggota atau ketua dewan, atau mantan gubernur.

Akibatnya, stroke dan depresi menjadi penyakit yang kerap menghinggapi mantan pejabat yang pada akhirnya harus berurusan dengan pengadilan. Tak heran, banyak mantan pejabat yang harus mangkir dari panggilan kejaksaan atau kepolisian dengan alasan sedang sakit. Atau bahkan, mangkir dari sidang karena sedang sakit mendadak.

Bahkan, beberapa penguasa korup dengan sengaja mengeruk kekayaan sebanyak-banyaknya pada saat masih menjabat. Tujuannya, agar bisa membayar pengacara kondang saat lengser dari jabatannya. Saat itulah mereka bertaruh. Bila lolos, mereka selamat sambil menikmati sisa harta hasil korupsi. Bila tidak, tentu saja mereka harus tidur di lantai penjara yang dingin dan pengap.

Jumat, 09 November 2007

aliran sesat

Beberapa waktu terakhir, masyarakat Indonesia diramaikan dengan berita maraknya aliran sesat. Al Qiyadah Al Islamiah pimpinan Ahmad Mushadeq menjadi headline berita di media cetak dan elektronik nasional selama berhari-hari. Seperti pendahulunya, Aliran Lia Eden dan Alquran Suci, aliran ini juga mendapat hujatan masyarakat luas.

Banyak sekali masyarakat yang melakukan protes keras di berbagai daerah karena merasa agama dan ajarannya telah dilecehkan oleh aliran yang konon telah berhasil menjaring ribuan pengikut ini. Tidak tanggung-tanggung, pengikutnya adalah para pelajar dan mahasiswa yang merupakan garda terdepan calon pemimpin bangsa ini.

Jadi, wajar saja masyarakat resah, gelisah, marah. Buntutnya, tidak saja para penganutnya dihujat, bahkan ada beberapa yang harus dihakimi secara massal. Majelis Ulama Indonesia, merespon keresahan masyarakat dengan mengeluarkan fatwa haram dan sesat.

Selasa, 06 November 2007

Otak cupet

Perubahan jaman ternyata tidak sepenuhnya dapat direspons kalangan perguruan tinggi, termasuk universitas negeri favorit sekalipun. Buktinya, banyak sarjana lulusan perguruan tinggi yang berotak cupet. Saat kuliah, para mahasiswa banyak yang keluyuran dan menghabiskan waktu secara tidak jelas. Suka menghamburkan uang orangtua dan tunjangan dari pemerintah, uang rakyat! Juga banyak yang suka mabok, nyolong dan berbuat maksiat dengan segala alasan pembenarnya.

Bahkan, lebih memalukan lagi, banyak mahasiswa yang terlibat tawuran. Untuk yang satu ini banyak terjadi di Makassar. Nah lho, mahasiswa yang dikenal sebagai kalangan intelektual koq suka berantem, apalagi orang yang pendidikannya lebih rendah, seperti anggota dewan misalnya.