Keajaiban itu akhirnya datang lagi menghampiriku. Kini, aku jadi semakin tambah bersemangat menapaki hari-hari di pengujung bulan ini. Terima kasih Tuhan, kau kirimi lagi aku rejeki tak terduga. Aku masih tetap yakin, dan selalu yakin, Kau pasti selalu datang di saat-saat sedang aku butuhkan.
Kisah ini terjadi Minggu,19 April, malam. Minggu itu, adalah hari pertamaku masuk kerja setelah seminggu cuti. Seperti biasa, setelah cuti, biasanya kondisi keuangan dipastikan morat-marit. Tapi beruntung, meski pas-pasan, aku tidak sempat gali lobang. Dan aku yakin, aku bisa bertahan hingga hari gajian tiba.
Sebetulnya, ada dana cukup besar. Hanya saja, uang itu masih dipakai saudara, dan aku tak tega menagihnya. Aku merasa, uang itu lebih tepat berada di tangannya karena dia lebih membutuhkannya. Aku mencoba untuk tetap ikhlas meski sebetulnya sangat membutuhkan dana segar. Rasa ikhlas selalu aku pegang teguh, karena biasanya, jika dikaitkan dengan rejeki, bisa menjadi kunci pembuka keberlimpahan.
Secara umum, cuti kali ini aku cukup puas. Aku bisa menghadirkan sedikit kebahagiaan kepada keluarga dan orang-orang yang aku sayangi. Terlebih lagi, aku bisa menengok keluarga yang sedang sakit dan meninggalkan sedikit oleh-oleh untuk mereka. Orang bilang, menengok orang sakit dan silaturahmi bias memanjangkan umur dan mendatangkan rejeki.
Kembali ke cerita hari Minggu kemarin. Tiba di kantor, aku langsung dihantam dengan segepok pekerjaan. Dengan sedikit agak canggung karena seminggu tak memegang komputer, aku agak kikuk juga bekerja. Tapi syukurlah, dengan tetap berpegang pada ikhlas, akhirnya pekerjaan itu rampung juga.
Pulang dari kantor, aku memutuskan ngojek. Istri tak bisa jemput karena si rhei sedang tidur. Biasanya, banyak ojek berseliweran di depan kantor, tapi kali itu tak ada yang lewat. Aku coba untuk jalan kaki dengan harapan di jalan ketemu tukang ojek. Dan ternyata benar, setelah berjalan kaki sekitar 200 meter ada tukang ojek menghampiri. Saat itu aku berniat beli makan dulu baru pulang. Ternyata, warung nasi langgananku tutup. Dengan agak kecewa aku pulang. Kecewa karena harus bayar ojek dua kali. Sebetulnya ongkos ojek tidak mahal, tapi berhubung sedang dalam kondisi pengiritan, hal itu cukup membuatku agak jengkel..
Pada posisi ini, aku tetap meyakinkan diri agar tetap sabar. Aku yakin, dengan bersabar, semua masalah bisa terselesaikan dengan baik. Tiba di rumah, karena kelaparan, aku mengambil mobil untuk membeli makan. Baru berjalan 300 meter, ternyata mobil mogok. Pusing juga saat itu. Aku starter berkali-kali tak mempan. Aneh juga rasanya, karena mobil itu cukup terawat mesinnya. Kecuali bodinya yang agak lecet-lecet akibat perbuatan teman-teman yang kelewat kreatif. Membuat corat-coret di mobil orang.
Untuk masalah goresan di mobil ini, aku sempat sangat kecewa. Betapa tidak, mobil ini baru saja aku cat ulang secara total. Tapi baru satu bulan dipakai sudah banyak lecet-lecet, padahal kami sangat berhati-hati memakainya. Yang lebih mengecewakan lagi, goresan itu terjadi di kantor sendiri. Tapi ya sudahlah, sifat orang memang berbeda, ada yang baik, ada yang tidak. Dua sifat berlawanan itu diciptakan Tuhan sebagai penyeimbang alam. Akhirnya, dengan sekuat tenaga, aku mencoba untuk selalu bersabar dan ikhlas. Tiap kali aku melihat ada goresan baru, aku selalu memaksakan diri ini untuk tetap ikhlas meski terkadang sangat berat. Kata orang, jika kita didzolimi ada dua hal, yang mendzolimi diberi hukuman setimpal atau kita diberi kelimpahan rezeki. Namun, aku selalu berharap yang kedua.
Kembali ke mobil mogok. Akhirnya mobil aku tinggal. Aku jalan kaki ke sebuah bengkel. Hasilnya nihil, karena pegawai bengkel sudah pulang. Aku pun kembali ke mobil. Mencoba beberapa kali menstater dan membuka kap, tapi tetap tak berhasil. Aku sempat kebingungan, lupa bawa hp lagi. Apesnya lagi, anjing herder milik rumah di dekat mobil mogok menyalak terus. Takut juga dikira pencuri mobil. Beberapa orang yang lewat juga melempar tatapan curiga. Dalam kondisi itu, praktis aku hanya bisa berharap keajaiban datang.
Ternyata Tuhan memang selalu datang pada saat dibutuhkan. Penghuni rumah di dekat mobil mogok keluar rumahnya dan menghampiriku. Mungkin tak tahan mendengar bunyi starter mobilku berkali-kali, atau mungkin jengkel dengan suara anjing tetangga sebelah yang menyalak-nyalak terus. Dia bilang ingin menolongku, tapi dia tidak tahu masalah mesin. Akhirnya, kami pun mendorong mobil itu ke rumahku, untuk di service besok pagi harinya. Aku pun mengucapkan terima kasih kepada penolongku, namun dia tidak mau kuajak mampir.
Masuk rumah, aku ambil sepeda motor dan langsung pergi beli makan. Di warung makan, aku lihat ada orang tua meminta-minta. Penampilannya lusuh. Dengan menghiba, dia meminta sedekah. Takut uangku kurang, aku memastikan harga makan ke penjualnya. Setelah membayar makan, aku serahkan semua sisa uangku ke orang tua itu. Puas rasanya bisa menolong orang di saat aku sedang sempit. Aku lihat, orang itu tersenyum puas. Aku pun ikut senang.
Menuju rumah, iseng-iseng aku mampir ke ATM. Aku ingat betul salah satu ATM-ku masih ada isinya sekitar Rp 350 ribu. Aku berniat mengambil Rp 300-an ribu untuk jaga-jaga. Rekening ATM ini, memang aku buka secara khusus untuk bisnis online. Namun, lima bulan terakhir, aku sudah tidak aktif lagi di bisnis ini. ATM aku masukkan ke mesin, lalu aku cek saldo. Aku pun terkejut. Ternyata jumlahnya membengkak menjadi Rp 1,5 juta. Karena tak percaya, aku cek sekali lagi, tapi tetap tak berubah, isinya tetap Rp 1,5 juta. Alhamdulillah, saat itu aku pun cuma bisa terpana.
Karena penasaran, keesokan harinya aku cek email. Ternyata ada beberapa email yang isinya mengenai pembayaran komisi untukku. Sekitar tiga bulan lalu, aku juga pernah baca email soal pembayaran komisi, tapi aku tak menyangka jumlahnya mencapai Rp 1 juta lebih. Alhamdulillah. Dan kini, aku pun semakin yakin, Tuhan selalu datang pada saat yang tepat…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar