Jika disuruh memilih, pasti semua orang memilih menjadi orang kaya. Ketika kita bertanya kepada orangtua, guru atau kebanyakan orang, jawaban mereka: salah satu kunci menjadi kaya raya adalah bekerja keras.
Tidak ada yang menyangkal kalau kuli bangunan, tukang becak, petani, buruh bangunan, adalah para pekerja berat, pekerja keras. Tapi kenyataannya, jutaan orang dari kalangan ini masih saja hidup miskin. Jumlah mereka pasti jauh lebih banyak dari orang kaya.
Lalu, dimana letak kesalahannya? Kenapa banyak orang sudah bekerja keras tapi masih tetap miskin, justru sebaliknya banyak orang malas tapi kaya raya. Ah.. mungkin karena sudah nasibnya, atau karena warisan.
Tapi tunggu dulu, Bill Gate, Suharto, Sultan HB X, Liem Soe Liong, atau kebanyakan warga keturunan bisa menjadi kaya raya tanpa warisan. Dan kini, mereka juga tidak kerja keras-keras amat. Kenapa bisa begitu? Mungkin, kebanyakan orang hanya tahu orang-orang kaya itu pada saat sudah kaya saja. Mereka tidak pernah melihat proses orang-orang kaya itu menuju kaya raya.
Contohnya saja Aman Jagau, suami pedangdut Cucu Cahyati. Kebanyakan orang tahu Aman Jagau sekarang hidup enak bergelimang harta dan banyak istrinya. Tapi hanya sedikit orang yang tahu kalau dulu Aman Jagau itu seorang kernet truk, seorang pemuda pengumpul ceceran batu bara. Puluhan tahun dia menggeluti usaha keras ini. Hingga akhirnya, sekarang dia menikmati cucuran keringatnya. Dari pengumpul ceceran batu bara hingga menjadi pengusaha dengan banyak tambang batu bara.
Membaca biodata dan sejarah orang-orang kaya dunia, kebanyakan orang-orang yang kini telah kaya raya dan bebas secara finansial, dulunya adalah seorang pemimpi. Mereka berani bermimpi bahwa suatu saat nanti menjadi seorang yang kaya raya. Banyak di antara kita juga punya mimpi saat masih kecil, tapi saat sudah dewasa hingga tua, mimpi itu masih tetap menjadi mimpi yang tak terbeli.
Psiko sybernetik mengajarkan. Kebanyakan orang tetap miskin dan tidak berhasil mewujudkan mimpinya karena mereka tidak konsisten dalam mewujudkan mimpinya. Bahkan, sedetik paska membayangkan mimpinya, seseorang langsung menguburkan mimpinya begitu melihat kenyataan yang dihadapinya. Seolah-olah baru terbangun dari mimpinya dan mendapati tubuhnya sedang bengkak atau pegal-pegal karena salah posisi tidur.
Masih mending kalau berani bermimpi. Saat ini, banyak orang takut bermimpi. Seolah-olah, kita ditarik biaya sejuta untuk satu mimpi yang kita bayangkan. Orang-orang yang tinggal di bantaran sungai, kebanyakan takut membayangkan tidur di hotel bintang lima. Para pengemis, takut membayangkan sedang makan di restoran mewah. Tukang becak takut bermimpi duduk di mobil mewah lengkap dengan sopir pribadinya.
Dan kalau mau jujur, tentu kita tidak berani membayangkan menjadi orang yang sangat kaya raya.
Melihat realitas itu, tentu dapat dimaklumi kalau akhirnya kita tidak pernah menjadi orang kaya. Pasalnya, untuk membayangkan saja kita tidak berani, apalagi menjadi orang kaya beneran! Melihat rumah mewah lengkap dengan segala perabotnya saja kita tidak pernah, bagaimana kita bisa berpandangan tentang konsep rumah mewah! Melihat atau memegang uang seratus juta saja kita tidak pernah, lalu bagaimana kita bisa punya konsep tentang kaya raya.
Nah, untuk itulah. Mari kita ubah sikap dan mental kita! Jangan pernah takut bermimpi. Mumpung mimpi belum bayar. Mumpung mimpi belum dilarang.
Semua hal besar berawal dari mimpi diikuti kerja keras. Proses terciptanya gemerlap lampu metropolitan saat ini, bermula dari mimpi Thomas Alfa Edison yang ingin menikmati listrik pengganti lilin atau obor. Tentu saja, Edison tidak sekali mencipta bolam langsung jadi. Perlu ribuan kegagalan percobaan hingga akhirnya ditemukan bolam lampu yang kini telah berkembang beraneka ragam.
Demokrasi yang kini didewakan sebagian besar penduduk dunia, dimulai dari mimpi gila seorang Socrates yang pada saat awalnya rela membawa obor pada siang hari keliling pasar. Dituduh gila menjadi santapan harian Socrates. Keyakinan bahwa matahari menjadi pusat tata surya harus ditebus nyawa karena melawan keyakinan gereja pada abad pertengahan.
Psiko sybernetik mengajarkan perlunya kita konsisten dalam bermimpi. Perlunya kita berani berpikir besar. Konon, mimpi yang terus kita bayangkan dan kejar-kejar, bisa tercapai di kelak kemudian hari. Untuk itu, segera hapus ketakutan-ketakutan akan kegagalan. Segera hilangkan ketakutan yang tak tentu terbukti. Terlebih lagi, antara kegagalan dan keberhasilan hanya dibatasi oleh selaput tipis.
Ada seratus kegagalan, tapi pada saat kita mencobanya sekali lagi, keberhasilan itu ada di angka yang ke-101. Jadi, jangan menyerah, jangan takut bermimpi. Alam bawah sadar akan membantu setiap pikiran positif seseorang.
salam
Banjarbaru, Kalsel
Kamis, 22 November 2007
Tulisan yang menarik.
BalasHapus“Ada seratus kegagalan, tapi pada saat kita mencobanya sekali lagi, keberhasilan itu ada di angka yang ke-101. Jadi, jangan menyerah, jangan takut bermimpi. Alam bawah sadar akan membantu setiap pikiran positif seseorang”.
Bener banget suetujuuu… tapi awas jangan sampai terjebak di lingkaran kegagalan. Tulisan diatas kadang membuat kita berpikir kita harus maju terus pantang menyerah menjalani apa yang kita yakini.
“Tidak ada yang menyangkal kalau kuli bangunan, tukang becak, petani, buruh bangunan, adalah para pekerja berat, pekerja keras. Tapi kenyataannya, jutaan orang dari kalangan ini masih saja hidup miskin”.
Kesalahan para pekerja keras ini salah satunya karena mereka tidak pernah berani untuk mencoba sesuatu yang baru, bukan hanya 101 tapi mungkin 1001 kali mereka mencoba tapi hanya pada satu bidang yang mereka yakini.
Coba kalau mereka berani seperti Aman Jagau suami (bukan istri ...) Cucu Cahyati yang mencoba dekat dengan batu bara, tidak hanya mengandalkan kernetannya, mungkin akan lain hasilnya.
Ingat, 101 kegagalan yang dimaksud Panta-rhei bisa jadi adalah 101 usaha yang baru. Saya contohnya, saya kerja di salah satu pabrik di jogja, dan punya mimpi, tetapi jika saya hanya tetap mengandalkan kerjaan saat ini, seberapapun keras saya bekerja, mimpi itu tidak akan tercapai, dan hanya mendapatkan tambahan 1 (satu) lagi dari daftar kegagalan saya. Untuk itu saya harus memulai 1 (satu) bidang/usaha baru.
Sekali lagi suetujuu... “Jadi, jangan menyerah, jangan takut bermimpi. Alam bawah sadar akan membantu setiap pikiran positif seseorang”.
Kita tetap harus berpikir positif untuk menerima informasi, masukan, ajakan atau apapun dari manapun, karena siapa tau itu adalah jalan untuk mencapai mimpi.
Tq tulisannya... bikin aku tambah semangaaat!! lagi...lagii
Salam, 6383
sami-sami mas gebe, tetep semangatttt.....
Hapus