Membaca quantum ikhlas karya Erbe Sentanu memang menarik. Tidak hanya memberi pemahaman baru seputar kinerja alam bawah sadar yang selama ini cukup menarik perhatian saya, tapi sajiannya memang cukup praktis dan mudah dipahami. Bagi yang tertarik dengan dunia alam bawah sadar, bagi yang tertarik dengan psikologi, bahkan bagi para pemimpi dan pencari ketenangan jiwa, karya ini layak dibaca.
Karya ini, pada akhirnya mengilhami saya untuk selalu menebarkan kebajikan, kedamaian dan ketenangan kepada siapapun, kepada apapun. Meskipun menapaki jalan ke arah itu, cukup berat bagi saya sebagai seorang pemula. CD digital prayer yang diselipkan di buku best seller ini juga membuat hari-hari menjadi lebih tenang, sejuk dan damai.
Suasana kemrungsung yang sering saya lakoni di tengah pekerjaan yang selalu dibalut dengan kejaran deadline, kini lambat laun mulai berganti dengan ketenangan. Bukannya saya menjadi malas bekerja, tapi lebih kepada orientasi hidup yang lambat laun mulai saya ubah. Dan memang harus segera diubah.
Upaya pencarian keluar yang selama ini membuat saya harus pontang panting hanya sekedar memenuhi penilaian dari luar, kini saya ubah niatnya menjadi pencarian kedalam. Sekali lagi, perubahan orientasi hidup ini bukan sebagai sebuah wujud kekalahan atau pesimisme, tapi justru sebagai sebuah pencerahan. Bukankah tidak bijak kita menilai hidup ini atas dasar menang dan kalah?
Dalam buku ini, Sentanu mengatakan, bahwa di alam semesta ini berlaku hukum tarik menarik. Seperti halnya jagat raya yang lahir dari adanya daya tarik menarik, alam manusia lengkap dengan nasibnya juga dipengaruhi daya tarik menarik ini.
Teringat Stephen Hawking yang mengatakan, alam semesta tercipta dari sebuah ledakan superbesar bigbang. Dari pecahan besar itu, unsur-unsurnya saling melakukan upaya tarik menarik yang pada akhirnya menjadikan sebuah gumpalan besar yang disebut jagat raya ini.
Begitu juga dengan nasib manusia. Sebetulnya manusia yang dicipta sempurna lengkap dengan alam bawah sadarnya ini bisa menarik apa saja yang diinginkannya, seperti nasib, kesuksesan, atau bahkan kehancuran dirinya. Kesuksesan manusia, sebetulnya sudah ada di sekeliling manusia, ada di depan mata.
Bukankah tiap hari kita menyaksikan adanya perputaran triliunan uang melalui jutaan jenis bisnis yang berjalan di depan mata kita? Tapi kenapa itu hanya numpang lewat di depan hidung kita saja tanpa bisa masuk ke kantong kita barang satu persen saja?
Nah, untuk itu, diperlukan cara. Cara bagaimana kita bisa menarik triliunan uang atau kesuksesan di depan mata itu ke dalam kehidupan kita, bukan di luar kehidupan kita. Hukum alam, berupa daya tarik menarik tadi sudah tersedia, dan kita juga memilikinya. Tinggal kita menggunakannya saja. Jika berhasil, triliunan uang itu akan mengalir ke kantong kita secara OTOMATIS.
Sentanu menggambarkan ilustrasi daya tarik menarik itu dengan upaya kita mencari sebuah gelombang radio. Gelombang radio ada banyak sekali di sekeliling kita. Jika kita akan mencari sebuah stasiun radio, kita tinggal memutar tombolnya saja. Bila pemutaran tombol tuning itu telah berhasil, maka kesuksesan itu akan mengalir secara otomatis ke kehidupan kita.
Nah sekarang tinggal bagaimana kita menset kesuksesan kita. Apakah kita set secara jernih seperti layaknya gelombang FM, atau yang samar-samar, layaknya gelombang AM yang kemresek. Jika kita berhasil menset ala FM, maka kesuksesan kita juga akan jernih.
Lalu bagaimana caranya? Karena dalam hal ini berlaku hukum tarik menarik, maka kita harus menset hidup kita secara baik pula. Apa yang ucapkan, yang kita pikirkan, yang kita berikan dan semua yang kita lakukan haruslah yang baik-baik. Jika kita dikelilingi oleh energi yang baik, maka yang ditarik ke dalam alam bawah sadar (baca: tombol tunning) adalah sesuatu yang baik.
Artinya, jika tiap hari, tiap menit dan tiap detik kita memikirkan sesuatu yang baik-baik saja, seperti kekayaan, kesuksesan, keberhasilan, uang yang berlimpah, keluarga yang bahagia dan sesuatu yang serba baik, maka kehidupan kita juga akan berubah secara otomatis menjadi baik. Jadi, tunggu apa lagi, mari kita berbuat kebaikan.
salam,
Banjarbaru, Kalsel
Rabu, 12 Desember 2007
mariii... weh makin berat aj tulisannya, bisa berlangganan ora yo?
BalasHapusWeh, den baguse ki ndadak marai lali wae. Tulisanku ora berubah pak dab, tetep katrok kayak dulu, hehehe...
BalasHapusmatur nuwun wis moco uneg2 dari seberang pak gebe. Soal langganan, hubungi mas pedro wae...
it's a nice blog. memberi pencerahan, terus berkarya bung!
BalasHapusmaturnuwun mas anonim (lho...) sudah mampir ke blog saya..
BalasHapus