Minggu, 18 Januari 2009

tidak logis

Sejak awal kemunculan blog ini, saya mendapat banyak protes dari kawan-kawan seperjuangan, terutama yang suka diskusi dengan saya saat masih sekolah. Protes itu disampaikan lewat telepon, sms atau email. Isinya bermacam-macam, yang paling banyak adalah protes tentang tulisan-tulisan saya saat ini yang dianggap tidak lagi logis. Karena, saat sekolah dulu, saya memang suka protes dan menganggap yang tidak logis tidak perlu dibahas.


Saya maklum saja dengan sikap kawan-kawan. Saya anggap mereka wajar, karena latar belakang mereka adalah "penggemar berat" filsafat, di mana rasionalitas adalah segala-galanya. Bahwa yang dianggap tidak logis, tidak layak untuk diperdebatkan, tidak layak untuk dibicarakan.

Ada semacam kebingungan memang. "Orang luar" menganggap filsafat penuh dengan klenik, perdukunan, atau hal-hal yang dianggap mengawang-awang, tidak realistis. Sebelum mengenal filsafat, saya pun beranggapan demikian. Tapi setelah berinteraksi
dengan kawan-kawan penggemar filsafat, ternyata pandangan itu sama sekali berbeda. Justru filsafat itu sangat rasional. Apapun yang ada dan terjadi, selalu dihubungkan dengan rasionalitas atau logika.

Setelah sedikit tahu tentang hal itu, saya menjadi semakin tertarik. Apalagi, sesuatu yang dianggap klenik itu ternyata juga bisa dicarikan penyelesaiannya melalui logika. Nah, semakin bingung kan? (saya juga).

Nah, kembali lagi ke sikap protes kawan-kawan saya. Mereka bilang, saya kini telah berubah. Bukan menjadi lebih bijak, tapi menjadi semakin tidak rasional. Tulisan-tulisan saya dianggap selalu "berbau" psikologis dan spiritualis. Tentu saja, itu dianggap melanggar aturan. (halah). Tulisan saya dianggap semakin jauh dari aturan filsafat.

Jika membahas hal ini, saya jadi teringat masa lalu. Saya dulu sering menganggap Damardjati Supadjar sebagai dosen filsafat yang paling tidak logis. (maaf ya pak, itu dulu). Dia suka melakukan othak athik gathuk, alias menggabung-gabungkan kejadian atau kosa kata (terutama yang berbau kejawen) menjadi sebuah kalimat yang
seolah-olah logis diterima nalar. Bahkan, sebagian orang menganggap, hasil othak athik gathuk itu mengandung hal-hal yang berbau magis.

Belakangan, sikap saya berubah total. Saya menganggap, bahwa semua hal yang ada di alam semesta ini, pastilah "tinemu nalar" alias bisa dijelaskan secara logis. Hanya saja, terkadang kita terlalu terburu-buru memvonis beberapa hal (sesuatu) itu sebagai
hal yang tidak logis. Padahal, sesungguhnya terkadang nalar kita lah yang tidak mampu membedah "sesuatu" itu secara rasional. Kabar buruknya, kita bisa dicap sebagai orang yang berotak cupet. Tidak mampu mengurai "sesuatu" itu secara rasional, tapi buru-buru menganggap "sesuatu" itu sebagai hal yang tidak logis.

Saya ingin menunjukkan satu kasus nyata. Di Sangatta ada seorang perempuan yang dari dalam perutnya muncul kawat. Kawat ini nyata, dan bisa dipegang. Saya berpendapat, sesuatu yang nyata dan bisa dipegang, pastilah masuk dalam kategori "rasional" artinya, semestinya kasus ini bisa dipecahkan secara logis, melalui jalur
kedokteran.

Nah, bicara tentang kedokteran, saya jadi ingat. Banyak orang bilang, kalau anda atau keluarga anda sedang sakit, bawalah ke dokter, bukan ke dukun atau tukang urut, karena itu tidak logis. Kabar baiknya, kalau anak saya sedang batuk pilek karena masuk angin, saya selalu membawanya dukun bayi. Dengan modal Rp 25 ribu, ternyata batuk pilek anak saya bisa sembuh dalam waktu setengah hari, setelah diurut. Justru, saya sering membawa ke dokter anak, dengan tarif yang jauh lebih mahal, anak saya sering tidak sembuh. Akibatnya, anak saya harus menderita selama beberapa hari, dan
ujung-ujungnya saya pijatkan juga ke Acil Ibai, si dukun bayi itu.

Dari kasus manusia kawat ini, IDI yang pernah memeriksanya, ternyata menyatakan "angkat tangan" terhadap kasus ini. Mereka tidak bisa menjelaskan secara logis melalui dunia kedokteran. Padahal, kawat itu bisa dipegang dan dilihat, tapi dunia kedokteran yang diagung-agungkan sebagai dunianya orang logis selama ini,
justru menyatakan angkat tangan, tak berkutik menghadapinya? Jangan-jangan, pada dokter IDI itu juga percaya klenik. Lalu buru-buru menyatakan bahwa kasus manusia kawat ini adalah kasus klenik? halah, bingung).

Jadi kesimpulan saya, bahwa semua yang ada di alam semesta ini, pastilah bisa dijelaskan secara rasional, logis, tinemu nalar. Hanya saja, kadang-kadang, di tengah keterbatasan nalar kita, kita sering memvonis segala sesuatu itu tidak rasional. Artinya, jika saat ini nalar kita belum mampu mengungkap hal-hal yang dianggap tidak tinemu nalar, maka bersabarlah, berusahalah, dan berjuanglah.
(halah), Pada saatnya nanti, pastilah akan tinemu nalar.

Yang terakhir, soal psikosibernetik dan the secret, saya hanya bisa sedikit memberi gambaran, bahwa segala sesuatu yang sering dibayangkan, diingat, dan digambarkan dalam keadaan sadar, sesering mungkin, tiap waktu), akan terpatri di dalam otak dan
hati kita. Akibatnya, secara tidak sadar, hal itu akan menuntun langkah dan tindakan kita untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang coba kita pecahkan melalui the secret itu.

2 komentar:

  1. Happy Wednesday! Bloghoppin' here... Hey, I have an interesting tutorial for you that I have written myself. It is about adding Adsense on your Single Post in XML template. I hope you'll like it! God Bless you!

    BalasHapus
  2. Hapi, makasih atas tawarannya. dan tks juga udah berkunjung ke sini..

    BalasHapus