Kamis, 05 Februari 2009

dapat kerjaan

Ini kisah lama. Tapi, mungkin bisa menjadi inspirasi bagi siapa saja yang kini sedang mencari pekerjaan. Atau setidaknya sedang memimpikan sebuah pekerjaan sesuai keinginan.

Kisah ini terjadi pada 2004 silam. Saat itu, pacar saya (sekarang istri) sedang suntuk dengan pekerjaannya di sebuah bank BUMN terbesar di negeri ini. Karena tidak sesuai dengan jiwanya, dia berniat mencari pekerjaan lain. Sejak dulu, dia memang tidak begitu suka dengan pekerjaan yang hanya duduk-duduk di belakang meja. Dia suka bekerja di lapangan.


Karena sudah begitu akrab dengan the secret dan psikosibernetik, kami pun, sekali lagi mencobanya. Dengan segenap kesungguhan dan keikhlasan, kami pun mencoba menjalankan prinsip-prinsip spektakuler yang telah memberi banyak kebahagiaan bagi kami ini.

Kami mengawalinya dengan niat untuk menjalankan sebuah kebaikan. Ingin mencari penghidupan yang lebih baik. Dan sungguh menyenangkan, kurang dari sebulan, kerjaan yang diidam-idamkan istri saya, ternyata sudah ada di genggaman. Kebahagiaan kami pun bertambah.

Langkah awal yang kami lakukan saat itu adalah membayangkan. Ya, sangat simpel, hanya membayangkan. Istri saya membayangkan mendapat pekerjaan yang menyenangkan, dan saya pun ikut membayangkan dia tersenyum bahagia dengan pekerjaan barunya. Langkah lanjutan, kami mencorat-coret beberapa tulisan di buku harian yang sering kami lihat. Isi coretannya menyatakan bahwa istri saya sudah dapat kerjaan yang sesuai dengan keinginannya. Kami juga menempelkan gambar-gambar penunjang di beberapa tembok dan pintu.

Beberapa hari berikutnya, kejutan pun datang. Tanpa diduga, seorang kawan tiba-tiba mendatangi kami. Rekan kerja saya ini memberikan sebuah informasi tentang adanya kemungkinan sebuah perusahaan telekomunikasi (seluler) besar yang ada di kota kami, akan berkembang menjadi cabang. Sebetulnya, perusahaan ini sudah lama ada di kota kami, tapi masih berstatus anak cabang.

Kawan saya ini bilang, jika berkembang menjadi cabang, kemungkinan besar akan menambah jumlah karyawan. Melihat peluang itu, kami pun memutuskan untuk mencobanya. Hari berikutnya, kami membuat sebuah surat lamaran kerja di sebuah rental pengetikan, dan mengirim ke kantor perusahaan itu, hari itu juga.

Sejak hari itu juga, seluruh kemampuan psikologis kami kerahkan. Istri saya membayangkan "sudah" atau "sedang" bekerja di tempat itu. Begitu juga saya. Tak lupa, tiap akan sarapan, kami selalu menyempatkan diri berhenti sejenak di depan kantor itu. Saya suruh istri saya membayangkan sedang bekerja di tempat itu selama beberapa detik. Begitu juga saat makan siang, makan malam, atau saat kebetulan sedang jalan-jalan, kami selalu membayangkan istri saya sudah bekerja di tempat itu. Di rumah, tak ketinggalan kami menempel gambar produk-produk perusahaan ini di tembok dan pintu yang sering kami lihat. Tulisan "sedang bekerja" yang kami tuliskan sebelumnya di beberapa buku lebih kami fokuskan. Tidak lagi berisi "dapat kerja" tapi "sedang atau sudah bekerja" di perusahaan ini.

Kejutan berikutnya datang sekitar 10 hari berikutnya. Saat itu, kami sedang ada di sebuah minimarket untuk membeli keperluan harian. Istri saya ditelepon bagian SDM kantor itu. Intinya, dia disuruh datang ke kantor untuk tes wawancara. Kami pun tambah bersemangat "membayangkan" dan "menuliskan".

Kabar berikutnya, usai tes, dia dinyatakan layak mengikuti tes tahap berikutnya, tes tertulis dan psikotest. Keyakinan kami untuk menggenggam pekerjaan itu pun kami tambah. Saat itu, istri saya sempat ragu, namun kami tetap menguatkan keyakinannya. Kami tetap yakin, dia bisa kerja di tempat itu. Saat menjalankan prinsip psikosibernetik sebelumnya, keraguan memang sering menghampiri, tapi langsung kami tepis saat itu juga, dan kita ganti dengan keyakinan penuh.

Seminggu berikutnya, saat kami jalan-jalan, handphone istri saya berdering. Saya masih ingat, saat itu kami sedang ada di sebuah warung bakso. Rupanya, itu dari bagian SDM yang beberapa waktu sebelumnya ngetest istri saya. Penelpon menyatakan, bahwa istri saya dinyatakan lulus tes dan berhak menjadi karyawan di perusahaan ini. Kami pun bersorak. Bersyukur atas satu lagi kebahagiaan yang diberikan kepada kami.

Dan, keesokan harinya, kami pun tak hanya sekadar berhenti di depan kantor itu untuk membayangkan. Tapi benar-benar berhenti di halaman kantor, bahkan di dalam kantor itu. Saya pun benar-benar mengantar istri saya bekerja di tempat itu. Persis seperti yang kami bayangkan beberapa hari sebelumnya.

Lucunya, tiga hari berikutnya, perusahaan ini memasang iklan di sebuah media massa lokal di kota kami. Isi iklan itu menyatakan, perusahaan ini sedang berkembang menjadi sebuah cabang, dan sedang mencari karyawan baru. Kabar baiknya, istri saya sudah menjadi bagian dari perusahaan itu.

Saat membaca iklan itu, tubuh saya sempat bergetar. Bahkan, sampai saat ini, jika saya mengingat keberhasilan-keberhasilan menjalankan prinsip the secret dan psikosibernetik, masih sering gemetaran. Bahwa ternyata, apapun yang kita inginkan, apapun yang kita cita-citakan, jika kita yakini dengan sungguh-sungguh dan penuh keikhlasan, ternyata bisa benar-benar mewujud.

Bagi yang saat ini sedang mengidamkan sebuah pekerjaan, atau sedang menginginkan sebuah cita-cita, semoga posting ini bisa menjadi inspirasi. Asal disertai niat baik, sungguh-sungguh, ikhlas dan yakin bisa tercapai, kemungkinan besar hal itu bisa mewujud. Amin. Positif thingking dan rendah hati merupakan hal-hal yang bisa mendukung terwujudkan cita-cita yang kita idamkan.

2 komentar: