Rabu, 18 Juli 2012

namanya si bejo

,

Kata "Alhamdulillah" ternyata mempunyai korelasi yang erat dengan kebahagiaan hidup. Jika kita kerap mengucapkan kata ini secara tulus ikhlas, kesuksesan, keberkahan, keberuntungan dan kebahagiaan akan selalu menyertai.

Di balik kata alhamdulillah ada makna syukur. Konon, jika kita sering bersyukur, maka keberlimpahan akan selalu menghampiri hidup kita. Dalam banyak literatur Tuhan sering berjanji, jika kita mau bersyukur, maka kenikmatan dan keberkahan akan dilipatgandakan.

Prinsip ini ternyata sama dengan prinsip barat dalam konsep The Law of Atraction (LoA). Hukum ini menyebut: apa yang kerap kita pikirkan, itu yang akan terjadi dalam kehidupan kita. Artinya, jika kita sering bersyukur, maka keberlimpahan akan sering mendatangi kehidupan kita.

Beberapa tahun terakhir ini, jika mau tidur, aku selalu berupaya untuk mengucap syukur atas apa yang telah Allah berikan kepadaku. Jika mendapat kebaikan, langsung aku syukuri. Tapi jika mendapat keburukan, aku berupaya meyakinkan diri bahwa apa yang menimpaku hari ini adalah yang terbaik bagiku. Aku mencoba meyakini bahwa Allah hanya memberi yang terbaik bagi makhluknya.

Begitu juga saat bangun tidur. Kata pertama yang aku ucap adalah alhamdulillah. Dengan perasaan riang aku mengucap syukur atas berkah yang aku terima. Dan alhamdulillah sejak mempraktikkan hal ini beberapa tahun, kebahagiaan selalu menyertai. alhamdulillah, Allah juga selalu memudahkan jalan dan semua urusanku. Bahkan, teman-teman mengatakan bahwa aku orang yang selalu beruntung.

Bicara soal keberuntungan, beberapa hari lalu aku mendapat artikel yang cukup bagus di facebook. Artikel itu adalah tentang penelitian dari Professor Richard Wiseman dari University of Hertfordshire Inggris. Ia mencoba meneliti keberuntungan secara scientific.

Dalam penelitiannya, Wiseman merekrut sekelompok orang yang merasa hidupnya selalu beruntung, dan sekelompok lain yang hidupnya selalu sial. Dalam penelitian ini, Wiseman menemukan, ternyata orang beruntung selalu bertindak berbeda dengan orang sial.

Misalnya, dalam salah satu penelitian the Luck Project ini, Wiseman memberikan tugas untuk menghitung jumlah foto dalam koran yang dibagikan kepada dua kelompok tadi. Orang2 dari kelompok sial memerlukan waktu rata-rata dua menit untuk menyelesaikan tugas ini. Sementara dari kelompok beruntung hanya perlu beberapa detik.

Kuncinya: teryata sebelumnya Wiseman meletakkan sebuah tulisan pada halaman kedua. Tulisan yang tidak kecil itu berbunyi "berhenti menghitung sekarang! ada 43 gambar di koran ini". Kelompok sial melewatkan tulisan ini ketika asyik menghitung gambar. Bahkan, lebih iseng lagi, di tengah2 koran, Wiseman menaruh pesan lain yang bunyinya: "berhenti menghitung sekarang dan bilang ke peneliti Anda menemukan ini, dan menangkan $250!" Lagi-lagi kelompok sial melewatkan pesan tadi! Memang benar2 sial.

Dari penelitian yang diklaim Wiseman sebagai "scientific" ini, Wiseman menemukan 4 faktor yang membedakan mereka yang beruntung dari yang sial:
1. Sikap terhadap peluang.
Orang beruntung ternyata memang lebih terbuka terhadap peluang. Mereka lebih peka terhadap adanya peluang, pandai menciptakan peluang, dan bertindak ketika peluang datang. Bagaimana hal ini dimungkinkan?

Ternyata orang-orang yg beruntung memiliki sikap yang lebih rileks dan terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru. Mereka lebih terbuka terhadap interaksi dengan orang-orang yang baru dikenal, dan menciptakan jaringan-jaringan sosial baru. Orang yang sial lebih tegang sehingga tertutup terhadap kemungkinan- kemungkinan baru.

Sebagai contoh, ketika Barnett Helzberg seorang pemilik toko permata di New York hendak menjual toko permatanya, tanpa disengaja sewaktu berjalan di depan Plaza Hotel, dia mendengar seorang wanita memanggil pria di sebelahnya: "Mr. Buffet!"
Hanya kejadian sekilas yang mungkin akan dilewatkan kebanyakan orang yang kurang beruntung. Tapi Helzber berpikir lain. Ia berpikir jika pria di sebelahnya ternyata adalah Warren Buffet, salah seorang investor terbesar di Amerika, maka dia berpeluang menawarkan jaringan toko permatanya.

Maka Helzberg segera menyapa pria di sebelahnya, dan betul ternyata dia adalah Warren Buffet. Perkenalan pun terjadi dan Helzberg yang sebelumnya sama sekali tidak mengenal Warren Buffet, berhasil menawarkan bisnisnya secara langsung kepada Buffet, face to face. Setahun kemudian Buffet setuju membeli jaringan toko permata milik Helzberg. Betul-betul beruntung.

2. Menggunakan intuisi dalam membuat keputusan.
Orang yang beruntung ternyata lebih mengandalkan intuisi daripada logika. Keputusan-keputusan penting yang dilakukan oleh orang beruntung ternyata sebagian besar dilakukan atas dasar bisikan "hati nurani" (intuisi) daripada hasil otak-atik angka yang canggih.

Angka-angka akan sangat membantu, tapi final decision umumnya dari "gut feeling". Yang barangkali sulit bagi orang yang sial adalah, bisikan hati nurani tadi akan sulit kita dengar jika otak kita pusing dengan penalaran yang tak berkesudahan. Makanya orang beruntung umumnya memiliki metoda untuk mempertajam intuisi mereka, misalnya melalui meditasi yang teratur. Pada kondisi mental yang tenang, dan pikiran yang jernih, intuisi akan lebih mudah diakses. Dan makin sering digunakan, intuisi kita juga akan semakin tajam.

Banyak teman saya yang bertanya, "mendengarkan intuisi" itu bagaimana? Apakah tiba2 ada suara yang terdengar menyuruh kita melakukan sesuatu? Wah, kalau pengalaman saya tidak seperti itu. Malah kalau tiba2 mendengar suara yg tidak ketahuan sumbernya, bisa2 saya jatuh pingsan.

Karena ini subyektif, mungkin saja ada orang yang beneran denger suara. Tapi kalau pengalaman saya, sesungguhnya intuisi itu sering muncul dalam berbagai bentuk, misalnya:
- Isyarat dari badan. Anda pasti sering mengalami. "Gue kok tiba2 deg-degan ya, mau dapet rejeki kali", semacam itu. Badan kita sesungguhnya sering memberi isyarat2 tertentu yang harus Anda maknakan. Misalnya Anda kok tiba2 meriang kalau mau dapet deal gede, ya diwaspadai saja kalau tiba2 meriang lagi.
- Isyarat dari perasaan. Tiba-tiba saja Anda merasakan sesuatu yang lain ketika sedang melihat atau melakukan sesuatu. Ini yang pernah saya alami. Contohnya, waktu saya masih kuliah, saya suka merasa tiba-tiba excited setiap kali melintasi kantor perusahaan tertentu. Beberapa tahun kemudian saya ternyata bekerja di kantor tersebut. Ini masih terjadi untuk beberapa hal lain.

3. Selalu berharap kebaikan akan datang.
Orang yang beruntung ternyata selalu ge-er terhadap kehidupan. Selalu berprasangka baik bahwa kebaikan akan datang kepadanya. Dengan sikap mental yang demikian, mereka lebih tahan terhadap ujian yang menimpa mereka, dan akan lebih positif dalam berinteraksi dengan orang lain. Coba saja Anda lakukan tes sendiri secara sederhana, tanya orang sukses yang Anda kenal, bagaimana prospek bisnis kedepan. Pasti mereka akan menceritakan optimisme dan harapan.

4. Mengubah hal yang buruk menjadi baik.
Orang-orang beruntung sangat pandai menghadapi situasi buruk dan merubahnya menjadi kebaikan. Bagi mereka setiap situasi selalu ada sisi baiknya. Dalam salah satu tesnya, Prof Wiseman meminta peserta membayangkan sedang pergi ke bank dan tiba-tiba bank tersebut diserbu kawanan perampok bersenjata. Dan peserta diminta mengutarakan reaksi mereka.

Reaksi orang dari kelompok sial umumnya adalah: "Wah sial bener ada di tengah2 perampokan begitu". Sementara reaksi orang beruntung, misalnya adalah: "untung saya ada di sana, saya bisa menuliskan pengalaman saya untuk media dan dapet duit". Apapun situasinya orang yg beruntung pokoknya untung terus.
Mereka dengan cepat mampu beradaptasi dengan situasi buruk dan merubahnya menjadi keberuntungan.

Bagi mereka yang kurang beruntung, Prof Wiseman bahkan membuka Luck School. Latihan yang diberikan Wiseman untuk orang2 semacam itu adalah membuat "Luck Diary", buku harian keberuntungan. Setiap hari, peserta harus mencatat hal-hal positif atau keberuntungan yang terjadi.

Mereka dilarang keras menuliskan kesialan mereka. Awalnya mungkin sulit, tapi begitu mereka bisa menuliskan satu keberuntungan, besok-besoknya akan semakin mudah dan semakin banyak keberuntungan yang mereka tuliskan. Dan ketika mereka melihat beberapa hari kebelakang Lucky Diary mereka, mereka semakin sadar betapa beruntungnya mereka. Dan sesuai prinsip "law of attraction", semakin mereka memikirkan betapa mereka beruntung, maka semakin banyak lagi lucky events yang datang pada hidup mereka.

Jadi, sesederhana itu rahasia keberuntungan, sehingga semua orang juga bisa beruntung. Siap dipanggil si Bejo?

2 komentar:

  1. alhamdulillah saya beruntung bisa baca tulisan ini, makasih mas dab

    BalasHapus
  2. Injih sami-sami mas dab. Dadi kelingan, pak toni yang sering dipanggil dalijo. Karena sering dipanggil dalijo akhirnya hidupnya selalu dipenuhi dengan keberuntungan, hehehe...

    BalasHapus