Jumat, 20 Maret 2009

dukun sakit gigi

Sekadar iseng, aku pengin berbagi kisah unik. Tulisan ini sudah pernah saya tulis di blog saya yang lain, www.sandemoning.wordpress.com. Ini saya posting lagi sekadar untuk berbagi kisah, sekadar untuk memberi warna kehidupan bahwa hidup ini tak melulu harus selalu logis. Bahwa hidup ini memang indah jika kita bisa melihat dari sisi lain (tidak melulu harus logis) yang ketat dan membosankan.

Posting ini juga muncul dari rasa prihatin terhadap penilaian kebanyakan orang yang memandang bahwa para pasien Ponari adalah orang-orang yang tidak logis. Terserah itu penilaian orang. Bagi saya, setiap upaya dan ikhtiar demi kebaikan, itu sah-sah saja. Apalagi, bagi orang yang telah putus asa dengan penyakit akutnya yang tak kunjung sembuh, di sela-sela keuangan yang menghimpit, Ponari bagaikan oase di tengah padang pasir yang memberi harapan kesejukan.

Di sisi lain, apa yang mereka lakukan adalah sebuah perjalanan keyakinan. Keyakinan ini letaknya di dalam hati, sedang logika ada di otak. Jadi jika menilai keyakinan dari sisi logika, menurut saya tidak bijak, karena letaknya beda. Begitu juga menganggap pasien Ponari tidak logis, juga tidak bisa dibenarkan. Masalah ini juga banyak terjadi dalam berbagai acara ritual agama. Meski tidak logis, jutaan umatnya (termasuk umat yang berpendidikan tinggi, dan lulusan universitas luar negeri lainnya) tetap menjalankannya dengan segenap keyakinan, tanpa pernah mempertanyakannya secara logika. Kenapa? Karena letak keyakinan dan logika berbeda. Inilah ceritanya.

* * *

Beberapa waktu lalu, sakit gigiku kambuh lagi. Gigi graham kiri bagian bawah ini memang sering menyiksaku. Bentuknya kecil, tapi kalau sudah berulah, bisa membuat tubuh seberat 67 kilogram ini terguncang hebat. Gak enak makan, gak enak rokok, bahkan gak enak tidur. Pokoknya serba gak enak.

Bila hari sedang dingin karena hujan, atau udara dingin, rasa ngilu pasti menyerang. Kepala pusing adalah hal yang kerap menyerang. Bahkan, karena saking ngilunya, terkadang demam datang menghampiri. Panadol, dan obat nyeri lain sudah gak kehitung lagi jumlahnya yang masuk ke tubuh ini. Tapi, semuanya hanya bisa menghilangkan sementara saja, beberapa waktu kemudian ngilu pasti menyerang lagi.

Nah, beberapa hari lalu, seolah aku menemukan kehidupan baru. Ya, sakit gigiku sudah hilang. Musnah. Setidaknya, sepekan terakhir, rasa ngilu itu tidak pernah mampir lagi untuk menggangguku.

Awalnya hanya sekedar iseng saja. Ingin membuktikan cerita dari teman-teman kantorku yang mengatakan ada seorang tabib sakit gigi yang sakti mandraguna. halah. Pokoknya manjur deh. Sebetulnya agak ragu juga, tapi setelah saya pikir, tak ada salahnya mencoba.

Akhirnya, aku datangi juga si tabib itu. Orangnya sederhana. Dia adalah petani penyadap karet, jadi ada di rumahnya hanya sore hingga malam hari saja. Sampai rumahnya yang terbuat dari kayu beratap daun, ternyata sang empunya tak ada di rumah. Sang istri bilang kalau suaminya sedang ada di pekuburan untuk mendoakan arwah tetangganya yang meninggal. Sang istri menyarankan untuk menyusul ke pekuburan yang tak jauh dari rumahnya.

Sebelum pergi, sang istri menitipkan satu bungkusan plastik berisi beberapa ekor kecoak yang hidup di dalam tanah, bukan kecoa yang biasa mangkal di WC. Orang Jawa menyebut binatang kecil warna hitam ini sebagai cere yang biasa digunakan sebagai umpan untuk memancing.

Sampai di pekuburan, sang tabib menyambut dengan ramah. Setelah ber ba bi bu, sang tabib duduk sejenak sambil merapal doa. Tangannya memegang satu ekor cere. Sedetik kemudian, cere itu dipotong di bagian perut menggunakan tangannya, dan kemudian mengoleskannya ke pipi saya bagian luar.

Sungguh ajaib, dua detik berikutnya, dari kulit pipi saya bagian luar keluar ulat berwarna putih. Besarnya seukuran rambut dengan panjang sekitar dua sentimeter. Jumlahnya tak tanggung-tanggung, 20 ekor. Wow. Konon, jumlah ulat yang keluar tergantung dari rasa ngilu yang menyerang, semakin parah sakitnya, semakin banyak ulatnya.

Dan ajaibnya lagi, begitu gerombolan penjahat, eh, ulat itu keluar dari pori-pori pipiku, rasa ngilu itu langsung menghilang. Sakit gigiku pun langsung menyerah. Angkat tangan. Setelah para gerombolan ulat itu keluar, sang tabib memberiku buntalan kertas kecil yang sebelumnya telah ditulisi huruf-huruf arab. Buntalan kertas itu disuruh memasukkan ke lubang gigiku.

Yah. Kini telah sepekan sakit gigiku hilang. Rasanya nikmat sekali minum es teh, makan makanan panas, atau makan gorengan sesuka hati, yang tentu saja tidak mungkin aku lakukan sebelumnya. Terima kasih ya pak tabib. Pengin suatu saat aku mendokumentasikan pengobatan tradisional yang ajaib ini. Untuk kenang-kenangan dan pengakuan bahwa Indonesia memang gudangnya tabib-tabib yang unik dan ampuh. Sekaligus, untuk membuktikan bahwa hidup ini tak hanya berjalan di rel logika saja. Kalau merasa bisa memecahkan metode pengobatan ini menggunakan logika, silakan dipikirkan.

7 komentar:

  1. Wow...hebat bener nih, sang dukun.
    Bisa kasi tau alamat lengkapnya, mas? Jadi ingin kenalan nih saya.

    Salam Sukses Penuh Berkah dari Surabaya,

    Wuryanano
    Motivational Blog - Support Your Success
    Entrepreneur Campus - Support Your Future

    BalasHapus
  2. *selamat berkunjung pak wuryanano, blognya banyak bener nih, dan bagus-bagus.

    *nama tabibnya saya lupa pak. Alamatnya di Desa Sungai Tuan Ilir, Kecamatan Astambul, Martapura Banjar, Kalimantan Selatan.

    *kalau mau berkunjung saya bisa nunjukin rumahnya pak...

    BalasHapus
  3. kira kira di jawa timur ada ga yaaa... surabaya tepatnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. di jatim ada Buk... di Purwoasri Kediri...

      Hapus
  4. iya kira kira di jawa timur ada gak ya soalnya sakit gigi sudah 1tahun tak kunjung sembuh sudah berulang kali ke dokter. kalau di cabut takut dan kedua nya takut gak bisa buat makan soalnya dua gigi berlubang

    BalasHapus
  5. Mas Alto Amano,
    Mohon info alamat tabib gigi di Purwoasri, Kediri

    BalasHapus