Jumat, 26 November 2010

matematika quantum

KINI, setelah berkenalan dengan matematika quantum, semua berubah menjadi lebih indah. Belajar matematika jenis ini sungguh membuat kehidupan saya menjadi lebih menyenangkan. Subhanallah...

Menjalankan metematika jenis ini sungguh unik. Ada rasa ketidakpastian dan kecemasan (tapi alhamdulillah selalu ada solusinya), ada rasa penasaran, dan sekaligus keyakinan yang sangat mendalam. Hitungan matematika ini agak sulit diterima nalar. Meski demikian hasilnya lebih pasti dari matematika yang selama ini kita anut. Untuk mengetahui hasilnya hanya dengan keyakinan. Rumusnya menggunakan syukur dan sedekah.

Setelah bersentuhan dengan hitung-hitungan kuantum ini, betapa kehidupan saya tahun ini dipenuhi dengan keberlimpahan. Memang secara nominal yang saya terima tidaklah besar. Tapi jika melihat realita yang saya alami, jumlah itu sudah lebih dari cukup, bahkan melimpah. Apalagi, keberuntungan-keberuntungan (baca: miracle) yang saya terima itu datang di saat yang sangat tepat. Jadi, meski nominal tidak begitu besar, sangat menolong kehidupan saya.

Sebagai contoh: Saat pemilik rumah kos mewarning bahwa tahun ini kontrakan tak bisa diperpanjang, (karena akan direnovasi), alhamdulillah, setelah mengikhlaskan, kami malah bisa beli rumah baru. Kata orang sih rumah kriditan, halah. Padahal, kondisi keuangan kami masih belum berubah. Begitu juga saat dalam proses membangun rumah baru ini, selalu saja ada kemudahan. Mulai dari diskon uang muka sebesar Rp 15 juta, pembayaran uang muka yang bisa dicicil, proses akad yang sangat cepat, dan banyak kemudahan lainnya.

Yang terakhir, di saat uang sudah mencapai limitnya, padahal rumah harus segera ditempati, ada saja kemudahan yang kami terima. Saat itu, saya sedang membuat tanggul dari papan untuk membuat teras. Selesai membuat tanggul, eh ada yang nawari tanah urug. Bahkan tak sekadar tanah urug, tapi tanah bekas bongkaran bangunan yang mengandung batu dan semen. Jadi teras rumah kami jadi sangat kuat.

Tak hanya itu, masih seputar uang. Selalu saja ada yang membantu, jadi meski isi dompet sudah nol, kehidupan masih bisa berjalan normal. Bahkan, di saat kondisi dompet nol, rasa syukur saya makin mendalam, dan ibadah jadi makin bertambah khusyuk.

Pagi ini saya merenung. Yang saya renungkan adalah, kenapa nominal yang saya terima tidak begitu besar seperti yang saya harapkan. Meski renungan saya dengan nada bertanya, tapi saya lakukan dengan penuh kesadaran dan keikhlasan.

BREAK. maaf saya break dulu. sekitar 20 menit sebelum saya memulai menulis tulisan ini, saya membayangkan: betapa enaknya menulis sambil ngemil kacang. Subhanallah, tanpa disangka- sangka, seorang teman kantor menawari saya kacang. Dan detik ini, saya menulis sambil ngemil kacang. Terimakasih kawan, terima kasih Tuhan. (hehehe...) Saya lanjutkeun...

Dalam renungan saya itu, alhamdulillah Allah memberi saya petunjuk. Hasilnya kira-kira begini: Selama ini saya sering mendapat rezeki secara tak disangka-sangka. Tapi, Allah sengaja memberinya dengan nominal yang kecil. Kabar baiknya, meski kecil, masih dalam hitungan yang cukup. Bukankah Allah telah berjanji mencukupkan rezeki untuk seluruh makhluknya?

Lalu mengapa nominalnya kecil? Padahal, Allah berjanji memberikan apa saja yang diminta umatnya. "Apapun yang kau minta, pasti aku beri." Begitu kira-kira kata Allah.

Itulah yang membuat saya merenung pagi ini. Dan jawabannya saya temukan dalam beberapa buku yang saya baca selama ini. Inilah matematikanya: Rezeki Allah itu selalu dikucurkan kepada umatnya, meski umatnya tidak meminta sekalipun. Tujuannya, demi keberlangsungan hidup alam semesta ciptaan, termasuk makhluk di dalamnya.

Menurut Mas Nunu dalam Quantum Ikhlas, dalam tataran quanta, seluruh makhuk itu saling berhubungan. Jika kita membantu makhluk lain, itu sama saja dengan membantu diri sendiri. Begitu juga kata Ustadz Yusuf Mansyur, jika ingin rezeki yang melimpah, perbanyaklah bersedekah. Sedangkan Mas Ippho Right Santoso menyarankan, jika ingin semua keinginan tercapai dan lancar rezeki, sedekahlah 20-40 persen dari harta yang Anda dapat.

Begitulah kira-kira jawaban dari Allah yang saya terima. Sebetulnya, sejak lama saya menjalankan laku sedekah ini. Dan insya allah saya lakukan dengan penuh kesadaran dan keikhlasan. Hasilnya sungguh luar biasa. Tak hanya rezeki yang mengalir deras ke kehidupan kami, tapi juga mempermudah semua urusan saya yang lain.

Dari perenungan saya itu, akhirnya saya menemukan satu lagi kata kunci. Saya merasa bahwa sedekah yang saya berikan masih terlalu kecil nominalnya. Meski nominalnya insyaallah lebih dari anjuran agama Islam yang 2,5 persen itu. Saya merasa yang saya berikan masih kurang.

Jika kembali ke tiga ustadz quantum itu, mestinya saya melipatgandakan nominal sedekah saya beberapa kali lebih banyak. Bukankah semakin besar bersedekah, berarti kita memperbesar sedekah untuk diri sendiri? monggo bersedekah...

Banjarmasin, 28 Nov 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar