Selasa, 14 Desember 2010

positif feeling


Ada seorang kawan yang selalu dilimpahi keberkahan. Meski penghasilan relatif sama, tapi rasanya ia bisa lebih menikmati rezekinya. Bahkan, ia kerap mendapat rezeki tak terduga. Kebanyakan berasal dari bisnis kecil-kecilan yang ia jalani.

Sejak awal kenal, ia memang terlihat berbeda dengan teman- teman yang lain. Pembawaannya selalu ceria. Ia sangat ringan tangan saat ada kawan-kawannya sedang membutuhkan bantuan. Ia juga sering mentraktir teman-teman, termasuk saya tentunya. hehehe...



Awalnya saya tidak paham, kenapa dengan penghasilan yang relatif sama, ia bisa menikmati hidupnya. Bahkan, meski istrinya tak bekerja, ia bisa mengambil kredit rumah di saat semua kawan masih terbelit kesulitan keuangan. Keluarganya juga sangat bahagia. Dan tentu saja, ia kerap dihampiri rezeki dan miracle yang tak terduga.

Baru beberapa tahun kemudian saya paham. Ternyata sifatnya yang periang, easy going, dan suka bersedekah itulah yang membuat keberlimpahan dan miracle kerap menyapanya. Bahwa positif feeling yang tertanam di bawah sadarnya secara kuat itulah yang membuatnya selalu bahagia.

Dalam pengamatan yang saya lakukan secara diam-diam (halah), ia hampir tak pernah mengeluh. Bahkan, saat ada teman-temannya membicarakan kejelekan orang lain, ia selalu menanggapinya dengan prasangka yang baik. Satu lagi yang saya pelajari dari kawan saya ini adalah ia rajin beribadah. Tentu saja, ibadah yang dilakukan bukan sekadar ibadah formal, atau sekadar lima waktu. Tapi benar-benar ia hayati. Bahkan ia sangat menikmati ibadahnya.

Memang dalam banyak tulisan yang saya baca, bahwa miracle kerap berkunjung jika ia sering disyukuri. Jika tak pernah disyukuri, konon rezeki malas datang, apalagi miracle. Bahkan Tuhan pun berjanji jika umatnya mau bersyukur, maka akan dilipatgandakan rezekinya.

Nah jika sudah begini, pasti hasilnya beda. Seorang ustadz mengatakan, segala yang ada di alam semesta ini adalah milik Tuhan. Anak, suami atau istri, orangtua, rezeki, harta benda, kehidupan, serta alam semesta ini adalah milikNYA. Kita hanya dititipi. Kita juga harus siap jika semua itu diambil secara tiba-tiba.
Jika yang dititipi semua itu bisa mengemban amanah, tentu Tuhan akan senang memberi balasan. Bahkan, saat kita tak pernah bersyukur saja, Tuhan selalu melimpahi kita keberkahan, apalagi jika kita mau mensyukurinya, pasti hasilnya lebih berlimpah. Betul ndak gan?

Selain itu, jika sudah dekat dengan pemilik segalanya, bahkan bisa berkomunikasi secara langsung, tentu kita bisa dapat akses khusus, seperti jalan tol. Jika sudah begini, wow... betapa nikmatnya hidup ini.

Dalam banyak kisah miracle yang saya baca menyatakan, bahwa umat yang dekat dengan Tuhannya, apapun yang diminta lebih banyak diijabahkan daripada umat yang tidak dekat. Apalagi, permintaan (doa) yang diajukan itu dilakukan dengan penuh kesungguhan tanpa prasangka buruk sedikitpun kepada Tuhan. Bersama Tuhan, kita bisa. (Halah kayak kampanye...). Tapi memang betul, jika Tuhan telah berkehendak, tak ada satupun yang bisa menghalanginya. Betul kan?

Ngomong-ngomong soal doa, saya ada sedikit tips yang mungkin bisa menginspirasi. Ini saya dapat dari sebuah buku. Bahwa doa itu sebaiknya dipanjatkan dengan hati yang bersih. Pada dasarnya, Tuhan mengabulkan doa tiap umatnya. Soal terkabulnya doa itu sesuai dengan keinginan atau tidak, itu terserah Tuhan. Lha Tuhan kan lebih tahu mana yang terbaik untuk umatNya. Tul gak?

Misalnya, kita ingin kaya raya, lalu Tuhan memberi dalam bentuk lain. Pasti ada maksudnya. Mungkin Tuhan tak mau kita jadi sombong, atau justru Tuhan tak mau kekayaan itu bisa mencelakakan kita. Atau bisa jadi, kita dianggap belum siap menerima kekayaan itu.

Atau bahkan kita sendiri yang tidak tahu tentang arti konsep kaya? Orang kaya adalah jika ia sering memberi atau bersedekah. Jika orang punya banyak uang tapi masih selalu mencari dan merasa kekurangan, sehingga lupa memberi. Berarti ia belum kaya. Tapi jika uangnya pas-pasan, tapi ia sering bersedekah, bisa dikatakan ia sedang lapang harta.

Dalam bukunya, Quantum Ikhlas, Erbe Sentanu menyebut doa itu sebagai sebuah benda. Sementara manusia dan alam semesta beserta seluruh isinya, termasuk dengan Tuhan sebetulnya adalah satu kesatuan dan saling berhubungan. Sedangkan semua benda, termasuk doa itu terbuat dari sebuah energi atau getaran. Nah, getaran itu bisa menyatu pada tataran quanta. Quanta adalah sebuah area bersatunya semua energi. Nah, jika ingin doa cepat terkabul, maka kita harus memahami posisi kita, doa dan Tuhan sebagai pemilik segalanya. Posisi itu ternyata berada pada tataran quanta itu. Di area itulah, semua menyatu dan diproses secara langsung, otomatis.

Otomatisasi itu juga diakui dalam konsep The Secret dan Law of Atraction (LOA). Bahkan dua konsep terakhir ini menyebut, apa yang kita pikirkan dan rasakan, langsung diproses secara otomatis. Karena keterikatan langsung antara Tuhan, alam semesta, dan manusia itulah, unsur-unsur itu bagaikan magnet yang saling menarik. Jadi, tiap pikiran dan perasaan (doa) yang dipanjatkan langsung direspons saat itu juga.

Ada juga kisah seorang bapak satu anak. Hidupnya pas-pasan, tapi ia secara sadar mengikhlaskan hartanya semampunya untuk bersedekah. Hasilnya, hidupnya tetap pas-pasan. Pas uangnya habis, pas dapat hadiah uang. Pas lagi butuh uang, pas ada yang minjemin dan orangnya gak mau dibayar. Terus, pas uangnya habis yang terakhir, e ada rezeki lagi yang datang. Orang itu adalah aku. (Hahaha...). Terima kasih ya Tuhan, Terima kasih ya kawan atas bantuannya...

Banjarmasin, 14 Desember 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar