Senin, 28 Januari 2013

asyiknya menyusuri bebeng dengan jeep

Setelah diterjang awan panas pada Oktober 2010 lalu, kondisi lereng gunung merapi sebelah selatan (Sleman/DIY) luluh lantak. Ratusan rumah di kawasan ini rata dengan tanah. Pohon-pohon pinus yang dulu tumbuh subur dan menyejukkan udara sekitar, kini tiada lagi. Sungai-sungai berair jernih dan dingin, kini tertutup pasir merapi.
 

Kawasan Kinahrejo dan sekitarnya pun berubah menjadi hamparan pasir. Praktis, kawasan ini berubah menjadi kawasan antah berantah bak di planet lain. Sejauh mata memandang hanya hamparan pasir dan batu. Beberapa puing rumah masih tampak di beberapa titik. Tulang-tulang sapi berukuran besar juga diawetkan di beberapa rumah yang disebut warga sekitar sebagai museum.
 

Liburan 2011, 2012 dan cuti kerja awal Januari 2013 lalu, saya sempatkan untuk mengunjungi kawasan Kaliurang, Bebeng, dan Kinahrejo. Tapi karena jalannya sudah hilang akibat tertimbun pasir (kecuali Kaliurang), terpaksa harus menggunakan kendaraan khusus, motor trail atau jeep.
 

Pada cuti kali ini, saya mencoba mengunjungi tempat-tempat itu lagi. Biar lebih nyaman, kami memilih jeep untuk melumat medan sungai dan bukit berkerikil serta berpasir tebal. Tarif jeep ini lumayan terjangkau. Paguyuban jeep di kawasan ini mematok harga antara Rp 250 ribu hingga Rp 350 ribu, tergantung panjang rute dan lama perjalanan. Sementara untuk melihat rumah almarhum Simbah Maridjan, hanya perlu bayar Rp 20 ribu hingga Rp 50 ribu naik ojek sepeda motor atau trail.
 

Oh iya, untuk mencapai kawasan wisata alam ini, Anda bisa melaju dari Yogyakarta menuju arah Kaliurang. Jika sampai di sebuah dusun (lupa namanya), di sebelah kanan jalan ada plang tulisan Golf Merapi. Anda ambil arah ke kanan. Sekitar 100 meter dari plang itu (jalan menurun) Anda akan ketemu dengan bendungan kalikuning yang telah rata dengan pasir. Anda terus saja sampai ketemu kantor kelurahan. Lalu Anda bisa meneruskan perjalanan ke atas (arah Kinahrejo) hingga sampai ke lokasi ini. Jalannya aspal mulus.
 

Jika Anda tidak berminat melakukan offroad menggunakan trail atau jeep, Anda bisa saja menikmati udara dingin di kawasan ini. Sejumlah makanan tradisional, wedang jahe, mie rebus, hingga kopi panas bisa menjadi teman santai di kawasan berhawa dingin ini. Biar berkesan, Anda bisa berfoto-foto di kawasan ini. Jika lupa bawa tustel, Anda bisa memakai jasa tukang foto (langsung jadi) dengan tarif Rp 100 ribu per lima lembar. Enaknya, tukang foto ini mau mengikuti kemana pun Anda ingin berpose. Tentu saja termasuk saat Anda berpetualang menggunakan jeep. Tukang foto itu akan setia mengikuti Anda mengenakan sepeda motornya.
 

Sampai di lokasi, saya memilih jeep bertarif Rp 250 ribu untuk rute medium. Dari start yang berada beberapa ratus meter di bawah Dusun Kinahrejo itu, jeep langsung menyusur sungai berpasir dan berkerikil. Sesekali jeep bergoyang ke kanan dan kiri karena medan offroad. Setelah puas melahap sungai, Jeep akhirnya berhenti di atas sebuah bendungan yang telah rata dengan tanah. Dari kawasan ini terlihat ratusan truk antre ingin mengisi pasir merapi yang terkenal berkualitas nomor satu itu.
 

Setelah puas berfoto-foto, perjalanan kami lanjutkan melalui lereng sebuah jurang lalu masuk ke jalan tanah. Sejauh mata memandang hanya hamparan pasir. Rumput ilalang tumbuh di beberapa titik. Beberapa puing rumah warga masih berdiri menjadi saksi bisu dahsyatnya terjangan wedhus gembel 2010 itu.
 

Jeep pun tiba di batu alien. Batu alien adalah batu besar seukuran truk. Bentuknya mirip kepala manusia, lengkap dengan mata, mulut, hidung, telinga dan jenggot. Menurut operator jeep, batu ini muncul begitu saja di lokasi itu akibat terlempar dari merapi. Puas berfoto-foto, perjalanan berlanjut ke bekas objek wisata Bebeng. Yang ada hanya hamparan pasir. Pendopo Bebeng sudah hilang, termasuk batu gajah yang ada di bawahnya. Beberapa warga nekat mendirikan warung di kawasan ini. Sementara itu jurang yang ada di sebelah kanan kawasan ini sudah tertutup rata oleh pasir. Semua bangunan di kawasan ini rata dengan tanah. Di kawasan ini, sambil berfoto-foto mengenang Bebeng jaman dulu, Anda bisa menikmati kopi panas, serbat atau mie rebus. Atau juga tahu dan tempe bacem plus jadah mbah carik.
 

Perjalanan pun berlanjut. Kali ini menuruni kawasan Bebeng menuju arah kanan. Jalan aspal di bawah Bebeng yang dulu dipakai menuju ke rumah Mbah Maridjan itu sudah tertutup pasir. Tapi sayang, karena saya mengambil tarif medium, jeep mengambil arah turun, tidak ke rumah simbah. Jeep selanjutnya menyusuri jalan aspal kecil hingga tiba di sebuah rumah warga yang disebut warga sekitar sebagai museum.
 


Di puing rumah yang sudah tidak ada atapnya itu tersimpan memori letusan merapi 2010. Di bagian dinding masih menempel jam yang menunjukkan waktu terjadinya letusan. Ada pula bangkai sepeda motor matic merek Suzuki yang sudah menghitam. Beberapa kursi tua, hiasan dinding, dan tulang sapi milik sang empunya rumah dipajang di sini. Rumah ini dijadikan semacam pos atau persinggahan wisatawan penyewa jeep. Ada kotak amal di letakkan di depan bekas bangunan rumah itu. Setelah puas foto-foto, jeep akhirnya kembali ke pos awal.
 

Secara umum, perjalanan offroad di lereng merapi menggunakan jeep cukup memuaskan. Pengendara jeep cukup ramah. Sambil mengoperasikan jeep secara lincah di medan offroad, ia menjelaskan story tiap tempat yang kami singgahi

Banjarmasin, 28 Januari 2013

2 komentar:

  1. Fendry
    keren, siap dicoba nih gan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. @Mas Fendry: silakan dicoba mas, murah, meriah, mengasyikkan. Jangan lupa bawa tustel yang memadai biar hasilnya lebih oke

      Hapus