Senin, 14 Januari 2013

lolos dari maut

Kampoeng Kopi Banaran
Jika ingat kejadian ini, bulu kudukku masih saja merinding. Betapa tidak, gara-gara bersedekah Rp 5.000, nyawaku bersama anak istriku terselamatkan dari kecelakaan maut. Kejadian ini bermula saat aku bersama anak istriku selesai makan di kafe Kampoeng Kopi Banaran, Semarang, Selasa, 8 Januari 2013 petang.
 

Kafe ini menjadi langganan kami jika sedang melakukan perjalanan dari rumahku di Rembang, Jawa Tengah menuju Yogyakarta. Selain udaranya yang dingin, tempatnya yang nyaman, harga makanan dan minuman di kafe ini cukup murah, meskipun penampilan kafe ini cukup keren. Sungguh, tempat yang nyaman untuk beristirahat di sela melakukan perjalanan panjang.

Saat itu, selesai makan, aku langsung membayar di kasir. Ada beberapa rupiah uang kembalian dari kasir kafe itu. Tiba-tiba saja, muncul niat untuk menyedekahkan uang kembalian itu kepada tukang parkir di kafe itu. Untuk diketahui, parkir di kafe itu tidak dipungut biaya alias gratis. Usai menerima uang kembalian, langsung aku masukkan dalam kantong celana.

Setelah urusan kasir beres, aku segera menyetir mobil. Karena lokasi kafe ini di tepi jalan raya Solo-Semarang yang padat dan ramai, kafe ini menempatkan dua orang di pintu masuk dan dua orang di pintu keluar untuk mengatur keluar masuk tamu kafe.


Nah, saat sampai di pintu keluar, aku teringat dengan niatku bersedekah. Saat itu juga, aku langsung menghentikan mobil dan mengambil uang di saku celanaku. Tapi karena sudah mengenakan seatbelt, aku harus melepasnya dulu. Nah saat melepas seat belt itu, mobilku yang saat itu sudah sampai di jalan aspal mundur beberapa centimeter secara otomatis karena jalan aspal itu lebih tinggi dari halaman kafe. Aku lupa menginjak rem karena saat itu aku sedang konsentrasi mengambil uang di saku celana.


Sedetik setelah mobilku mundur, sebuah bus besar jurusan Solo-Semarang melintas dengan kecepatan tinggi di depan mobilku. Bus itu melintas tepat di mana mobilku berhenti sebelum mundur. Aku bisa merasakan betapa kencangnya tiupan angin oleh bus itu karena saat itu aku sedang membuka kaca depan samping untuk menyerahkan uang kepada tukang parkir.


Untuk diketahui, bus yang sedang kalap itu sedang menyalip bus lain dengan mengambil lajur sebelah kiri. Sebagian badan bus itu berada di luar di jalan aspal. Bus di jalur ini memang sering kebut-kebutan karena kerasnya persaingan antarbus. Tiap lima menit sekali melintas bus jurusan Solo-Semarang.

Setelah bus itu melintas dengan kecepatan tinggi di depan kami, kami langsung terbengong. Aku tidak bisa membayangkan, jika tidak berhenti untuk mengambil uang dari saku celanaku, tentu saja mobilku telah ringsek disambar bus yang sedang kesetanan itu. Jika saja aku tidak berniat bersedekah atau mengurungkan niat bersedekah itu, tentu saja tubuh kami sudah tercerai berai oleh hantaman bus itu.


Sungguh merinding jika mengingat kejadian itu. Dan aku bersyukur karena sedekah uang yang tidak seberapa itu ternyata bisa menyelamatkan nyawa kami. Sekali lagi, sedekah memang terbukti memperpanjang usia dan menyelamatkan orang dari celaka atau bencana. Subhanallah, terima kasih Tuhan.

Banjarmasin, 14 Januari 201

4 komentar:

  1. bisa minta contak person bapak?

    BalasHapus
  2. ke email aja ya: sig.sigit@yahoo.co.id, terima kasih

    BalasHapus
  3. mas, semua tulisannya sangat menginspirasi...terima kasih.

    BalasHapus