Kamis, 18 Juli 2013

langit biru lahir (dua mimpi dalam satu malam-1)

Alhamdulillah, ini ramadhan spesial bagiku dan keluargaku. Bagiku, ada dua mimpi besar yang dikabulkan pada saat yang bersamaan jelang ramadhan 1434H tahun ini. Pertama, anak keduaku lahir dengan selamat melalui proses cesar. Kedua, keinginanku untuk mempunyai mobil Honda Jazz sejak empat tahun lalu akhirnya terkabul.


Kelahiran anak keduaku ini jelas melengkapi hari-hariku. Melalui proses yang panjang dan melelahkan, akhirnya anak kami: Muhammad Langit Biru Ramadhan terlahir dengan selamat. Kami menunggu kehadiran Iyu, panggilan anak kami, sudah cukup lama. Anak pertama kami, Pantarhei lahir 2006 atau tujuh tahun tiga bulan yang lalu. Karena Iye (rhei) lahir melalui proses cesar, kami harus menunggu empat tahun untuk bisa punya anak lagi secara aman dari segi medis.

Praktis, mulai tahun 2010 kami melakukan program punya anak lagi. Berbagai upaya kami lakukan, tapi tampaknya Allah masih menunda waktu hingga saat yang tepat tiba. Konsultasi hingga searching di internet untuk mengetahui cara tepat punya anak kerap kami lakukan, tapi tampaknya juga belum menemukan hasil. Hingga akhirnya istriku benar-benar hamil pada 2012. Tapi tampaknya Allah belum mengizinkan kami punya momongan saat itu.

Pada Mei 2012 istriku keguguran. Sempat sangat kecewa dan mencari berbagai macam sebab hingga kambing hitam. Tapi akhirnya kepasrahan yang kami pilih. "Allah akan memilihkan waktu yang tepat bagi kami" "Semua akan indah pada waktunya" Itulah dua kalimat motivasi yang membuat kami tetap tegar.

Saat istriku dikuret di RS Hermina Jakarta pada Mei 2012,  saat itulah aku dan istriku belajar banyak tentang kehamilan dan segala permasalahannya dari dokter yang menangani tindakan medis istriku. Alhamdulillah, dokter mengajari kami banyak hal. Dokter menyarankan kami menunggu tiga bulan lagi untuk program punya anak lagi.

Tentang tata cara agar cepat punya anak lagi, sudah pernah saya posting beberapa waktu lalu di blog ini. Dan alhamdulillah postingan itu juga dipraktikkan beberapa teman dan ternyata berhasil. Kabar baiknya, istriku juga berhasil hamil lagi. Kami pun sangat berhati-hati menjaga kehamilan kali ini. Hampir tiap hari kami belajar tentang kehamilan dan segala permasalahannya di internet. Kami juga banyak tanya ke dokter yang menangani kehamilan istriku.

Pada kehamilan kali ini, kami sangat ingin agar bayi kami dilahirkan secara normal. Alasannya, Allah telah menciptakan tubuh perempuan secara sempurna, termasuk cara melahirkan juga telah diatur secara sempurna, melalui cara yang alamiah. Kami yakin persalinan normal lebih mendekatkan jiwa anak dan sang ibu. Kami pun belajar dari banyak pihak. Hasilnya, kami menemukan banyak ilmu tentang kelahiran secara normal meski anak pertama cesar. Bahkan dokter yang menangani kehamilan istriku tiap bulan langsung terdiam saat mencoba menawari operasi cesar semenjak kehamilan menginjak usia 7 bulan. Dokter itu sempat ngeper dan tidak menyangka kami punya banyak info soal kelahiran normal anak kedua meski anak pertama cesar.

Bukan masalah apa-apa, saya sangat tidak suka jika ada dokter kandungan yang matre, sedikit- sedikit langsung cesar. Banyak alasan yang mereka kemukakan, kebanyakan mereka menakut- nakuti pasien tentang kesehatan dan keselamatan bayi. Jika orangtua tidak punya banyak pengetahuan, pasti langsung setuju dicesar. Untuk diketahui, di rumah sakit bersalin tempat istriku melahirkan pada saat yang hampir bersamaan, dari lima pasien, semuanya dioperasi cesar.

Dari ilmu yang kami dapat itu, kami menyimpulkan bahwa anak kedua kami ini bisa dilahirkan secara normal. Berdasarkan pengetahuan yang kami dapat, persalinan normal bisa dilakukan meski anak pertama dilahirkan cesar. Asal, bedah cesar pertama dilakukan secara horisontal di perut bagian bawah. Untuk diketahui ada tiga macam bedah cesar, yaitu horisontal di perut bagian atas, vertikal di tengah perut, dan horisontal di perut bagian bawah. Persalinan normal hanya boleh dilakukan jika cesar pertama dilakukan secara horisontal di perut bagian bawah.

Aturan berikutnya, tinggi tubuh istriku memungkinkan untuk melakukan persalinan normal. Juga pinggul tidak terlalu sempit sehingga cukup digunakan sebagai jalan bagi si jabang bayi. Aturan berikutnya lagi adalah perkiraan berat bayi kurang dari empat kilogram. Nah untuk berat bayi ini kami melakukan second opinion hingga tiga dokter. Dokter pertama yang menangani istriku tiap bulan menyatakan berat janin tiga hari sebelum kelahiran 3,8 kilogram, dua dokter lainnya menyatakan berat janin 3,7 kilogram.

Jadi, berdasarkan diagnosis tiga dokter, berat janin memungkinkan untuk kelahiran secara normal. Tak hanya itu, kami juga melakukan tes jantung ibu dan janin. Hasilnya juga memuaskan, keduanya dinyatakan sangat sehat.

Hingga akhirnya tiba pada hari H. Pukul 24.00 pada 3 Juli 2013, istriku mulai kontraksi. Kami mencoba menyugesti dan membuat suasana menjadi senyaman mungkin. Dua jam berikutnya, kontraksi makin sering terjadi. Hingga pukul 02.30 akhirnya kami putuskan untuk pergi ke rumah sakit.

Kabar baiknya, alhamdulillah pada sore sebelumnya kawan kami secara ikhlas meminjamkan mobilnya kepada kami, sehingga saat kontraksi, kami bisa membawa istri ke dokter secara nyaman. Tak bisa dibayangkan kami membawa istri ke rumah sakit yang jaraknya 10 kilometer menggunakan sepeda motor. Belum lagi, kami juga harus membawa anak pertama kami yang berumur 7 tahun pada pukul 02.30 dinihari. Betapa repotnya, karena kami juga harus membawa perlengkapan melahirkan, termasuk persiapan untuk si jabang bayi. Jadi, pas dinihai kontraksi, kami sudah siap membawa ke dokter secara nyaman. (Maturnuwun Om Razak atas pinjaman mobilnya...)

Hingga pukul 10.30, sudah terjadi pembukaan empat menuju lima. Si jabang bayi masih terus meronta ingin keluar. Di sisi lain, istriku mengalami kesakitan yang luar biasa. Air ketuban istrikupun mulai keluar berwarna coklat. Jumlahnya diperkirakan makin menipis. Saat memeriksa pukul 11.00, akhirnya dokter menyerah. Dia langsung menyarankan operasi cesar karena air ketuban sudah hampir habis. Kami pun terbengong, tak bisa berbuat apa-apa. Dokter mengatakan berbahaya jika tidak segera dioperasi karena si jabang bayi telah meminum air ketuban yang telah bercampur kotoran. Kami pun menyerah.

Sambil mengucap bismilah, saya pun menandatangani prasyarat operasi cesar. Setengah jam kemudian bayiku pun terlahir dengan selamat. Yang membuat saya terbengong-bengong adalah ukurannya yang super besar: 4,85 kilogram dengan panjang 55 centimeter. Wowww... Sujud syukur pun saya panjatkan kepada Allah. Apa jadinya jika anakku tidak dioperasi cesar. Dengan ukuran yang segitu besar, sangat tidak mungkin anakku lahir secara normal mengingat istriku punya riwayat operasi cesar pada anak pertama.Terima kasih dokter telah memaksa kami untuk menyetujui operasi cesar.

Banjarmasin, 18 Juli 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar