Jumat, 09 November 2007

aliran sesat

Beberapa waktu terakhir, masyarakat Indonesia diramaikan dengan berita maraknya aliran sesat. Al Qiyadah Al Islamiah pimpinan Ahmad Mushadeq menjadi headline berita di media cetak dan elektronik nasional selama berhari-hari. Seperti pendahulunya, Aliran Lia Eden dan Alquran Suci, aliran ini juga mendapat hujatan masyarakat luas.

Banyak sekali masyarakat yang melakukan protes keras di berbagai daerah karena merasa agama dan ajarannya telah dilecehkan oleh aliran yang konon telah berhasil menjaring ribuan pengikut ini. Tidak tanggung-tanggung, pengikutnya adalah para pelajar dan mahasiswa yang merupakan garda terdepan calon pemimpin bangsa ini.

Jadi, wajar saja masyarakat resah, gelisah, marah. Buntutnya, tidak saja para penganutnya dihujat, bahkan ada beberapa yang harus dihakimi secara massal. Majelis Ulama Indonesia, merespon keresahan masyarakat dengan mengeluarkan fatwa haram dan sesat.


Atas rujukan itu pula, polisi ikut-ikutan menangkapi para pengikutnya. Sebelumnya, polisi tidak bisa berbuat apa-apa karena tidak punya acuan untuk menjerat para pengikut ini ke dalam ranah hukum. Mereka pun didesak oleh masyarakat dan ulama untuk bertindak cepat menangkapi para penyebar aliran ini. Bahkan, ada yang mengancam akan melakukan sweeping jika polisi tidak bertindak cepat.

Paska keluarnya fatwa MUI dan fatwa dari kejaksaan, para pemimpinnya di daerah dijadikan tersangka atas tuduhan penistaan atau penodaan suatu agama. Sementara itu, para pengikutnya, ada yang dikembalikan ke masyarakat setelah menyatakan "sadar" atau bertobat dan kembali ke ajaran agama yang telah ada. Di beberapa daerah lain, para pengikut ajaran ini malah kurang beruntung karena harus dijadikan tersangka.

Atas protes dan tindakan keras mengarah brutal yang dilakukan terhadap para pengikut aliran ini, menjadikan mereka takut, frustasi bahkan depresi. Tidak jarang mereka meninggalkan rumah atau dipaksa pergi dari kampung lantaran ketahuan menganut aliran ini.

Dalam emailnya, seorang kawan mengatakan, dia merasa bingung kenapa mereka dilarang menjalankan keyakinannya sendiri. Setengah protes, dia bertanya, bukankah agama atau keyakinan itu merupakan hak asasi setiap orang. Bukankah setiap orang berhak menjalankan agama dan keyakinannya sendiri-sendiri. Bukankah undang-undang di negara ini juga menjamin hal itu.

Lia Eden, usai keluar dari hukumannya selama beberapa tahun atas tuduhan penistaan agama, bahkan dengan lantang mengatakan akan terus menjalankan keyakinannya itu. Lia yang mengaku sebagai penjelmaan Jibril ini mengatakan, orang tidak bisa mengatur keyakinan orang lain. Agama itu, yang tahu hanya diri sendiri. Agama itu urusan pribadi dengan Tuhannya.


Kembali, seorang rekan yang mengaku telah enam bulan mempelajari aliran ini mengatakan, kenapa aliran ini disebut sesat? Padahal, mereka menjalankan keyakinannya sendiri. Sedangkan keyakinan tidak boleh dipaksakan oleh seseorang atas orang lain.

Azyumardi Azra, dalam dialognya dengan Metro TV mengatakan, aliran ini disebut sesat karena menggunakan nama Islam yang sudah punya ajaran yang baku. Karena aliran ini mencoba mengubah syahadat dan mengganti rasulnya, maka aliran ini disebut sesat. Kenapa umat Islam menjadi marah besar, karena aliran ini telah menusuk jantung akidah Islam, sahadat dan rasul.

"Lain halnya kalau mereka tidak menggunakan nama Islam. Silakan saja. Masalahnya, mereka ini mencoba mengubah akidah Islam yang telah ada," kata Azyumardi.

Mencoba melihat lebih jauh, sebetulnya ini merupakan tantangan untuk agama-agama besar di Indonesia. Kenapa mulai banyak orang yang berbuat dosa, kenapa orang tidak takut lagi melanggar ajaran agama, dan bahkan kenapa ada beberapa penganut agama yang mencoba mencari jalurnya sendiri. Jawabannya, karena adanya ketidakpuasan.

Di jaman yang serba tertekan saat ini, banyak orang mencari pelepasan. Bisa melalui narkoba, menjadi pengikut ajaran agama baru, seperti kapitalisme atau bisa jadi mendirikan aliran kepercayaan baru. Mereka ingin mencari figur penyelamat yang bisa memberikan ketenangan di dunia yang semakin sumpek ini.

Kapitalisme, tanpa disadari kini telah menjadi ajaran agama baru, pengikutnya ratusan juta orang di seluruh dunia. Seperti halnya ajaran agama lain, kapitalisme yang menebarkan ajarannya melalui hedonisme, kemewahan, uang, mode, lagu, gaya hidup dan trendsetter baru, telah berhasil membius ratusan juta orang, termasuk para pemuka agama.

Bayangkan, seorang ulama rela menunda sholatnya hanya gara-gara sedang nonton sinetron. Seorang kiyai rela memperpendek jam mengajinya karena harus menonton film kesayangannya. Atau anak-anak terpaksa harus mangkir dari jam mengaji dan belajarnya karena harus nonton kartun.

Lalu, kenapa aliran kepercayaan yang juga merusak akidah ini tidak dihujat? Kenapa hanya beberapa aliran yang dituduh sesat saja yang diberangus? Apakah karena cara masuknya melalui kesenangan? Apakah karena caranya menghancurkan akidah agama lain dilakukan dengan cara yang smooth sehingga tidak terasa? Atau, apakah karena aliran ini tidak menggunakan simbol agama-agama besar lainnya?

Semua kembali kepada diri masing-masing. Kembali kepada hati nurani masing-masing. Sudahkah kita secara sadar telah menjalankan ajaran agama kita? Jangan-jangan, kita malah sudah murtad dari agama kita sendiri, tentu saja dengan cara yang tidak pernah kita sadari!


Salam,
Banjarbaru,

Jumat, 9 November 2007

Tidak ada komentar:

Posting Komentar