Rabu, 02 Januari 2008

mimesis

Bicara orisinalitas sebuah karya, di bidang apa saja, untuk saat ini hampir mustahil terjadi. Apalagi orisionalitas 100 persen. Yang ada adalah pengembangan atau penambahan di sana sini. Sebuah karya baru, pastilah sudah pernah ada sebelumnya, meskipun dalam bentuk atau nuansa yang lain. Hal itu, mengingat usia alam semesta ini sudah jutaan tahun, dan setiap detik selalu terjadi pengulangan dari yang pernah ada, yang pernah terjadi di alam semesta ini.


Jadi, tidak ada istilah contek-menyontek (kecuali disengaja), karena apa yang pernah kita lakukan, apa yang sedang kita lakukan, juga yang dilakukan orang lain, pasti sudah pernah terjadi sebelumnya, meskipun dalam bentuk, ukuran atau nuansa yang lain. Tapi, untuk urusan contek-mencontek, saya setuju harus ada satu etikanya. Bukan apa-apa, sebuah karya tetaplah harus dihargai karena diciptakan melalui serangkaian proses yang terkadang tidak mudah.

Saya jadi ingat saat masih sekolah. Ada satu istilah yang tiba-tiba saja muncul di pikiran saya, yaitu mimesis. Seorang filsuf pernah mengatakan, apa yang terjadi di dunia saat ini, termasuk hasil karya cipta manusia, hanyalah mimesis dari alam semesta. Manusia hanya bisa meniru dari alam semesta. Jadi, jika terjadi sesuatu yang sama dalam karya cipta manusia, itu adalah hal yang sangat lumrah.

Dalam keyakinan (agama) saya, setiap manusia justru disuruh belajar meniru (dari alam semesta). Karena, dengan meniru itu, manusia bisa menjalani hidupnya dengan mudah. Kitab suci yang saya yakini, juga diawali dengan kata pembuka "bacalah" yang berarti kita disuruh untuk membaca, belajar, atau meniru dari yang sudah tersurat atau tersirat di alam semesta ini. Alam semesta ini, sesungguhnya adalah panduan hidup yang bisa menuntun umat manusia menemukan jalannya.

Sering sekali, kawan-kawan atau orang-orang yang pernah menekuni kitab suci, setiap ada penemuan atau kejadian baru di dunia ini, selalu mengatakan,"Itu kan sudah ada di dalam kitab suci, hanya kita saja yang tidak pernah membacanya." Orang-orang Jawa juga sering bilang,"Apa yang terjadi itu sudah ada dalam primbon."

Beberapa orang jernih bahkan bisa hidup kaya raya hanya dengan meniru apa yang pernah terjadi di alam semesta ini. Mereka hanya mencontek dari apa yang telah terjadi di alam semesta ini. Satu orang yang menurut saya cukup jernih melihat apa yang terjadi di alam semesta ini adalah Harun Yahya. Harun Yahya berhasil mengamati tingkah laku hewan-hewan dengan sangat bernas dan kemudian mencari benang merahnya dengan apa yang tersurat di kitab suci. Hasilnya, ratusan video tentang kehidupan binatang bisa dinikmati jutaan orang di berbagai belahan dunia. Hebatnya lagi, narasinya bisa membangkitkan seseorang untuk kembali menekuni keyakinannya secara sadar dan sungguh-sungguh.

Satu contoh video Harun Yahya adalah tentang tingkah laku capung. Meski tubuhnya kecil, hewan yang masuk keluarga serangga ini ternyata merupakan hewan yang sangat hebat. Dia mampu terbang dengan kecepatan 50 kilometer perjam, sementara pelari (manusia) tercepat yang pernah ada di dunia ini hanya sanggup berlari dengan kecepatan 39 kilometer perjam saja. Tubuhnya yang ringan, dan kecepatan kepakan sayapnya yang luar biasa, membuat tubuhnya bisa bermanuver kedepan, mundur atau terbang melesat dalam sekejap mata. Dalam satu detik, sayapnya mampu mengepak puluhan kali. Manusia hanya mampu mengepakkan tangannya hanya sekali saja dalam satu detik. Jika manusia mencoba mengepakkan dua tangannya sebanyak 10 kali dalam sedetik, maka persendiannya akan terlepas, atau jika dipaksa untuk mengepak lebih banyak lagi, maka seluruh syarafnya akan terbakar. Capung juga bisa terbang di satu tempat dalam waktu yang cukup lama. Tentu saja, manuver ini tidak bisa dilakukan oleh pesawat buatan manusia yang paling canggih sekalipun.

Kepala capung juga dilengkapi dengan radar yang teramat canggih. Dia bisa mendeteksi musuh atau objek lain dengan kecepatan yang luar biasa. Deteksi radar capung itu punya ketepatan hampir 100 persen. Radar itu langsung tersambung ke pusat syaraf yang memungkinkan capung bisa menghindari sergapan musuh dalam waktu sekejap mata.

Konon, sebuah pabrikan pesawat terkemuka di dunia, IBN sempat mengabadikan capung ini dalam sebuah gambar. Gambar itu lalu didemontasikan dalam sebuah komputer super canggih, gambar itu dipelajari setiap detik, setiap bagian, dan setiap helai yang membentuk sayap capung. Dan itu, ditindaklanjuti dengan penelitian yang terus-menerus di sebuah laboratorium teknologi canggih. Kini perusahaan IBN berhasil membuat helicopter temuan terbaru yang supercanggih.

Video lainnya adalah tentang kehidupan semut. Organisasi semut yang luar biasa cerdas ini, kini telah diterapkan di hampir semua perusahaan raksasa dunia. Hasilnya, organisasi yang ada sangat solid dan sulit diruntuhkan pesaingnya. Hal lain yang ditiru manusia adalah dari bentuk tubuh semut. Dari semut, manusia bisa menemukan chainsaw atau gergaji besi yang bisa bekerja dengan luar biasa cepat.

Konon, capit semut dilengkapi lapisan aluminium yang sangat kuat namun tipis dan ringan. Dengan capitnya itu, memungkinkan semut bisa memotong daun berukuran besar dengan sangat cepat. Semut juga bisa memotong benda-benda yang secara ukuran jauh melebihi ukuran tubuhnya. Kini, dengan chainsaw yang konon menjiplak dari bentuk dan cara kerja capit semut, manusia bisa memotong pohon berukuran raksasa dalam waktu yang sangat cepat.

Kalau mau jujur, sesungguhnya seluruh apa yang dilakukan manusia ini adalah menjiplak dari alam semesta, terutama dari kehidupan binatang. Bahkan, untuk memperoleh keturunan, konon manusia juga meniru dari apa yang dilakukan binatang untuk memperoleh keturunan dan berkembang biak. Jadi, untuk kesejahteraan umat manusia dan alam semesta itu sendiri, sesungguhnya manusia harus meniru, menjiplak dan belajar dari alam semesta, yang memang telah disediakan untuk manusia....

Banjarbaru
Selasa, 1 Januari 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar