Kamis, 06 Desember 2007

Berpikir positif saja tidak cukup

Gerakan berpikir positif memang cukup membantu meringankan beban masyarakat di tengah sumpeknya kondisi perekonomian bangsa saat ini. Selain mengajak untuk berbuat kebajikan, berpikir positif ternyata juga membentuk pribadi unggul. Bahkan, bila peminat ideologi baru ini diikuti dan dijalankan banyak orang, tentu saja akan mampu mengubah alam semesta menjadi lebih baik, lebih manusiawi.

Berpikir positif, selain mengurangi dosa massal, juga membuat atmosfer alam semesta menjadi lebih sejuk. Gerakan ini memang perlu terus digaungkan di semua tempat, di semua lini, di setiap waktu. Perlu dilakukan demikian karena selama hampir sepuluh tahun terakhir, bangsa ini dipenuhi oleh hujatan, umpatan, iri dengki dan emosi lainnya yang telah membuat udara menjadi sesak, panas.



Banyak penelitian membuktikan, suhu udara yang panas telah membuat suhu tubuh menjadi naik sehingga mudah tersulut emosinya. Jika pikiran tidak tenang, membuat keputusan atau kebijakan pasti juga tidak jernih. Saat kecil, guru ngaji pernah bilang, orang mudah marah atau emosi kalau hatinya panas. Hati manusia bisa panas karena dirasuki setan, dan setan terbuat dari api yang panas. Api setan ini, kata guru ngaji itu, berasal dari percikan neraka. Makanya, guru ngaji menyarankan segera berwudhu saat sedang marah, karena setannya akan mati diguyur air suci.

Untuk itu, maraknya gerakan berpikir positif akhir-akhir ini cukup menyejukkan. Tidak hanya mencegah orang berbuat kejahatan, tapi sekaligus mengajak manusia menciptakan kedamaian, kesejukan alam semesta. Dengan berpikir positif, tidak ada lagi iri dengki, tidak ada lagi dusta, tidak ada lagi kejahatan.

Tapi, penelitian sebuah institut yang khusus meneliti otak manusia, berpikir positif saja tidak cukup. Karena, berpikir positif ada di otak manusia, sedangkan kedamaian ada di hati dan jantung manusia. Organ yang dipakai berbeda. Sehingga, banyak orang mencoba berpikir positif tapi hatinya bertentangan, tidak bisa menerima secara tulus. Akibatnya, terjadi tekanan batin.

Untuk itu, kata peneliti ini, diperlukan upaya yang lebih dari sekedar berpikir positif, yaitu keikhlasan. Dengan keikhlasan, otak akan secara otomatis mengeluarkan pikiran yang positif. Keikhlasan berarti penyerahan sepenuhnya kepada Tuhan. Meski demikian, ikhlas bukan berarti lemah, bukan berarti menyerah atau tidak mau berusaha. Bahkan, menurut institusi ini, kekuatan terdahsyat di alam semesta ini justru terletak pada keikhlasan ini.

Kekuatan benda jelas kalah dibandingkan dengan kekuatan atom yang lebih halus. Kekuatan atom ini akan kalah dengan quanta atau energi vibrasi yang jauh lebih halus dari atom. Energi vibrasi dan quanta yang dipercaya sebagai roh dari semua hal ini tidak tampak oleh mata. Energi vibrasi ini juga dipercaya sebagai tangan Tuhan yang sudah pasti kekuatannya tidak terbatas.

Kemampuan otak manusia itu ternyata hanya 12 persen saja, sedangkan 88 persen sisanya adalah kekuatan alam bawah sadar ini. Jika betul demikian, berarti kekuatan otak manusia yang sudah terbukti dahsyat ini, belum ada apa-apanya dibandingkan dengan kekuatan alam bawah sadarnya. Celakanya, kekuatan bawah sadar ini hanya sedikit sekali yang bisa memanfaatkannya, mengajaknya berdialog dan mengarahkannya untuk tujuan yang lebih besar.

Untuk memanfaatkan kekuatan dahsyat alam bawah sadar ini, manusia perlu mengerti ukurannya. Kekuatan ini berada pada gelombang alfa, 8-13,9 Hz. Jika manusia bisa merekam gelombang berkekuatan 8-13,9 Hz itu, manusia akan mudah bercengkrama dengan alam bawah sadarnya. Gelombang ini bisa ditangkap di keheningan, bisa ditemukan pada suara alam yang hening dan damai. Pada suara angin di pegunungan, atau gemericik air di mata air yang tenang.

Jika keikhlasan sudah menjadi bagian hidup manusia, jika keikhlasan mudah mampir dalam setiap tarikan nafas manusia, maka apapun keinginan manusia akan mudah terwujud. Setiap doa akan mudah terkabul. Karena, pada gelombang ini terletak tangan-tangan Tuhan yang bekerja secara otomatis untuk mewujudkan setiap keinginan alam semesta, termasuk manusia.

salam

Banjarbaru, Kalsel
Kamis, 6 November 2007

2 komentar:

  1. Setuju Pak Sigit!

    Ada buku cukup bagus, judulnya The Attractor Factor, yang menyarikan hal yang sama. Ikhlas. Joe Vitale, penulisnya (dan salah satu figur yang muncul di film The Secret) bilang kurang lebih begini: "bila Anda menginginkan sesuatu, namun tetap dapat hidup tanpa memilikinya, kemungkinan Anda untuk memilikinya akan bertambah."

    Keep posting ide-ide cerdas di blog ini Pak!

    BalasHapus
  2. Tks pak medhy udah mampir ke blog saya... doakan niat saya untuk tetap ada di jalur ini.

    BalasHapus