Senin, 03 Desember 2007

Oase

Banyak kalangan mulai gemar dengan ideologi berpikir positif saat ini. Banyak orang mulai merindukan kedamaian. Bukan apa-apa, kran reformasi yang digelorakan di ujung kepemimpinan Suharto, ternyata tidak membuat bangsa ini menjadi lebih baik. Bahkan sebaliknya, banyak pembonceng-pembonceng liar ikut numpang di gerbong reformasi ini.

Akibatnya, bukan kebaikan dan ketenangan yang didapat, justru kebebasan yang menjurus ke arah bar-barian yang terjadi di segala lini. Wajar saja ini terjadi, karena sebelumnya, informasi dibatasi, ruang gerak dipasung, dan kebebasan hanya menjadi milik segelintir orang saja. Demokrasi yang diusung Socrates dengan maksud untuk keteraturan dan keadilan justru dijadikan senjata ampuh untuk melegalisasi sebuah kepentingan.


Setelah sepuluh tahun berjalan, banyak masyarakat merasa bosan dengan kebebasan semu ini. Kebebasan bicara dan beraktivitas yang selama satu dasawarsa ini diumbar secara brutal dan tanpa kendali telah membuat manusia hidup tanpa rasa. Hambar dan kering. Di luar tampak biasa, bahkan luar biasa, tapi di dalam sangat kering, miskin dan sakit.

Setelah energi habis untuk memaki, menghujat dan menyalahkan pihak lain, kini banyak yang mulai kehausan. Nurani yang sesungguhnya sangat merindukan kedamaian, kini kering bagaikan tanah retak di musim kemarau panjang. Akibatnya, banyak muncul kelompok-kelompok pengajian, kelompok dzikir massal, kelompok kegiatan ruhani, bahkan muncul aliran keyakinan yang dituduh sesat. Tidak ketinggalan, paranormal juga mengeruk untung dari situasi ini.

Bukan apa-apa, seperti halnya masyarakat pada umumnya, para pengikut aliran kepercayaan ini juga haus. Haus jiwanya, kering nuraninya. Tak heran, ketika muncul seseorang yang bisa menawarkan perlindungan, menawarkan waktu dan telinganya untuk sharing, banyak masyarakat berlomba-lomba mendatanginya. Mereka rela meninggalkan apa yang selama ini diyakininya demi sebuah oase baru.

Di tempat baru ini, mereka mendapatkan sesuatu yang baru, ketenangan batin baru, kesejukan. Mereka bagaikan diberi es buah yang sangat segar saat sedang tersesat di padang pasir. Semua itu, tidak mereka dapatkan dari keyakinan yang selama ini dipegangnya.

Para penasbih ideologi kesejukan ini, pada mulanya juga merupakan orang-orang yang mencari. Mereka juga bosan dengan keadaan. Jenuh dengan panasnya dunia, hingga akhirnya berlari kedalam. Mencari sesuatu kedalam dirinya, bukan keluar. Mereka mulai sadar dengan mencari keluar, dengan menghujat, dengan menyalahkan yang lain, mereka hanya puas secara semu. Selebihnya mereka tetap kehausan, kering bagai cacing kepanasan.

Situasi ini ternyata tidak hanya menghinggapi bangsa ini. Bangsa-bangsa Barat yang selama ini menyombongkan kecerdasan otaknya, kini mulai merasakan kekeringan nurani. Mereka mulai belajar kebijakan dari Timur. Tapi dasar orang bule, berotak materialistis, keyakinanpun diperjualbelikan. Dijadikan uang.


Beruntunglah anda, jika saat ini ditempatkan di sebuah lingkungan yang mendukung anda untuk berbuat kebajikan. Dengan situasi seperti itu, anda akan dengan mudah menerapkan prinsip-prinsip kedamaian, berpikir positif, rasa syukur, yang sangat dibutuhkan sebagai makanan jiwa. Situasi itulah yang membuat anda bisa dengan damai menikmati karunia Tuhan.

Tapi, saya sungguh bersyukur, karena saat ini saya TIDAK sedang berada di situasi seperti itu. Saya kini sedang berada di tempat dimana kebohongan, kemunafikan, sikut-sikut antarteman, fitnah, dan kebencian menjadi menu sehari-hari. Itu semua dilakukan tanpa perasaan dosa, tanpa rasa bersalah. Saya sungguh bersyukur karena itu semua ternyata justru menjadi batu pengasah pisau batin saya.

Dalam sujud syukur, saya tetap berdoa agar tidak terseret derasnya arus, agar bisa tetap bertahan di seutas rumput kering di tepi sungai yang sedang banjir. Agar saya bisa dengan jernih, dengan tenang, dengan damai menikmati indahnya karunia Tuhan ini. Amin

salam,

Banjarbaru, Kalsel
Senin, 3 Desember 2007

2 komentar:

  1. setuju, keyakinan bukan untuk dipaksakan kepada orang lain. Karena, keyakinan adalah urusan transenden..

    BalasHapus
  2. terima kasih telah memberi pencerahan..

    BalasHapus