Senin, 31 Desember 2007

ketika paranormal jadi rujukan (2-habis)

Di jaman yang serba tak menentu seperti saat ini, keberadaan paranormal seolah memang menjadi obat mujarab untuk menyembuhkan penyakit kegelisahan hidup. Banyak orang kaya yang kering hatinya. Banyak orang berlimpah hartanya, tapi miskin jiwanya. Banyak orang punya harta benda, tapi tidak pernah merasa puas. Akibatnya, mereka berusaha mencari perlindungan. Mencari sesuatu yang bisa menenangkan jiwanya. Mereka mencari obat gelisah dan takut.


Beberapa waktu belakangan, santer berita seputar aliran sesat. Penganutnya dicaci dan dimusuhi tanpa diberi kesempatan berdialog. Pemimpinnya ditangkap dan diadili, lalu dipenjarakan. Mereka tidak diberi kesempatan untuk mengungkapkan kenapa mereka bisa menjadi seperti itu. Jangan-jangan mereka memang tidak puas dengan pelayanan dari para abdi keyakinan sebelumnya. Ada beberapa dari pengikut aliran-aliran itu yang sempat mengatakan, mereka hanya ingin menjalani kehidupan spiritual, kehidupan batin secara tenang. Bahkan kalau boleh, termasuk urusan duniawi.

Untuk itu, banyak orang mencoba memilih sendiri pembimbing keyakinannya yang bisa menuntunnya secara personal. Bagi orang yang mudah goyah, tentu saja akan berbalik keyakinan. Tapi bagi yang kuat, mereka akan mencari pembimbing spiritual lain yang lebih baik, tapi masih dalam satu akidah. Beruntunglah Indonesia punya Arifin Ilham, Ustadz Jefri, Ustadz Yusuf Mansyur dan banyak ustadz lain yang bisa semakin meneguhkan keyakinan.

Seperti halnya orang-orang yang mendatangi paranormal, para pengikut aliran yang dituduh sesat ini juga merupakan orang-orang yang mengalami kegelisahan. Mereka tidak menemukan kedamaian, terlebih lagi kesejahteraan duniawi, dari keyakinan yang dianut sebelumnya. Akibatnya, mereka berbondong-bondong mendatangi orang-orang yang dianggapnya bisa memberikan kedamaian, setidaknya memberikan pendampingan kehidupan spiritual yang menurut mereka bisa menyejukkan jiwa mereka. Bak gayung bersambut, orang-orang berlomba merangkul mereka. Alasannya bermacam-macam, ada yang merasa senasib, ada yang dipakai sebagai tempat pelarian, bahkan ada yang secara naif ingin meneguk keuntungan rupiah.

Kembali ke masalah paranormal, ada sesuatu yang unik. Meski mereka sadar betul bahwa paranormal itu juga manusia biasa seperti dirinya, mereka merasa yakin bahwa apa yang dikatakan paranormal itu bisa dipercaya. Celakanya lagi, bagi yang nasibnya kebetulan sama seperti ramalan sang paranormal, orang-orang ini langsung yakin bahwa sang paranormal memang cespleng, tapi bagi yang kebetulan tidak sesuai dengan ramalan, mereka tidak pernah protes, dan bahkan bisa memakluminya.

Di jaman yang serba tidak menentu seperti saat ini, di saat perekonomian tidak lagi bisa dijangkau, di saat kehidupan dan persaingan semakin menekan, banyak orang mencoba mencari perlindungan diri. Mereka akan mencari keyakinan baru yang dianggapnya bisa membuatnya hidup tenang. Mereka akan mencari petuah-petuah yang menyejukkan jiwanya. Itu sah-sah saja sepanjang tidak mengganggu keyakinan orang lain.

Jika sudah demikian, ada baiknya kita renungkan apa yang dikatakan Gede Prama, mencoba mencari kedalam. Mencari kedalam adalah hal yang kini banyak dilakukan orang-orang kota. Bahkan, orang-orang Barat, kini mulai menyadari kesalahannya. Orang Barat mulai sadar bahwa ideologi materialisme yang diagungkannya selama ini ternyata tidak bisa menenangkan jiwanya, tidak bisa membuatnya hidup bahagia. Banyak Orang Barat kaya raya secara materi, tapi hatinya selalu gelisah dan takut.

Di Indonesia, perjalanan reformasi yang telah terjadi sepuluh tahun terakhir ternyata tidak membuat kehidupan menjadi lebih baik. Bahkan, sejak dibukanya keran informasi, telah membuat banyak orang melampiaskan uneg-unegnya secara membabi buta dan menjurus kasar. Akibatnya, semesta negeri ini banyak dipenuhi cacian dan umpatan. Udara negeri ini menjadi semakin panas sehingga orang-orang menjadi mudah tersulut emosinya.

Kini, sudah saatnya manusia kembali ke fitrahnya, sebagai makhluk yang diciptakan paling sempurna. Sempurna berarti baik. Jika manusia baik, berarti sifat dan akhlaknya baik. Apa yang dilakukan dan diucapkan juga baik. Erbe Sentanu dalam bukunya quantum ikhlas mengatakan, jika manusia menebarkan kebaikan secara ikhlas, maka secara otomatis akan memperoleh kebaikan. Ustadz Yusuf Mansyur dengan bahasa lain mengatakan, jika kita banyak bersedekah, maka kita akan banyak menerima. Jika manusia telah diciptakan sebagai yang terbaik, berarti tidak perlu lagi mencari keluar. Juga, tidak perlu lagi mencari teropongan dari orang lain yang belum jelas hasilnya.

Kompleks Buncit Banjarmasin
Senin, 31 Desember 2007

Tidak ada komentar:

Posting Komentar